Terkait Lone Wolf, Kepala BNPT: Awasi Aktivitas Anak Muda di Dunia Maya
Aksi penyerangan petugas kepolisian di Cikokol, Tangerang, Kamis (20/10/2016) pagi, dilakukan oleh anak muda yang sudah berbaiat dengan kelompok
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Aksi penyerangan petugas kepolisian di Cikokol, Tangerang, Kamis (20/10/2016) pagi, dilakukan oleh anak muda yang sudah berbaiat dengan kelompok radikal ISIS melalui dunia maya.
Teror lone wolf (aksi tunggal) terorisme di Indonesia ini merupakan kali ketiga setelah teror Mapolresta Solo dan penyerangan pendeta di sebuah gereja di Medan.
Dari rangkaian peristiwa ini, Kepala BNPT Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH meminta para orang tua untuk mengawasi aktivitas anak-anak muda di dunia maya.
Pernyataan itu diungkapkan Komjen Suhardi Alius di depan peserta Dialog Sinergisitas Masyarakat Dalam Menangkal Radikalisme di Solo, Jumat (21/10/2016).
"Orang tua minimal harus tahu situs-situs apa saja yang sering diakses oleh anak-anaknya, jangan sampai mereka menjadi radikal karena mengakses internet tanpa ada pengawasan," ungkap Suhardi.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa perkembangan internet membuka celah bagi masuk dan berkembangnya paham radikal.
Anak-anak muda yang mengakses informasi-informasi radikal itu berpeluang besar menjadi radikal atau bahkan menjadi pelaku teror, seperti aksi di Tangerang kemarin.
Meski begitu ia juga menyatakan bahwa internet tidak sepenuhnya buruk, karena melalui internet pula informasi yang baik dan benar terkait dengan agama dan nasionalisme dapat disebarluaskan ke masyarakat.
“Kami di BNPT juga memiliki divisi yang khusus menangani radikalisme di dunia maya, divisi ini bertugas untuk memberikan kontra narasi terhadap konten-konten radikal yang sangat meresahkan,” terangnya.
Suhardi juga mengatakan bahwa pihaknya terus berusaha maksimal untuk menanggulangi radikalisme dan terorisme secara total, salah satu upaya yang kini ditempuh oleh BNPT adalah dengan menjalin kerjasama dengan 17 kementreian.
Harapannya tentu agar upaya menanggulangi terorisme dapat dilakukan secara lebih maksimal dan efektif.
Komjen Suhardi Alius, menyebut terorisme bisa menjangkit siapa saja, bukan hanya orang-orang yang tidak memiliki pemahaman agama yang baik, terorisme bisa meracuni siapa saja tanpa memandang latar belakangnya. Karenanya ia meminta agar masyarakat selalu waspada dan tidak menganggap remeh bahaya paham kekerasan ini.
Ia menjelaskan bahwa terorisme adalah kejahatan yang tidak terjadi secara tiba-tiba, ada proses panjang sebelum akhir terorisme meresap ke pikiran dan sikap seseorang.
Untuk menanggulangi bahaya terorisme, kepala BNPT menggaris bawahi dua poin penting, yakni; ilmu dan kesejahteraan. Kurangnya ilmu dan kesejahteraan disebutnya menjadi dua hal penting yang membuka celah untuk masukanya paham kekerasan radikal dan terorisme.
Meski begitu ia menegaskan bahwa terorisme tidak hanya bisa ditanggulangi oleh BNPT, diperlukan kerjasama dengan seluruh pihak, bukan hanya dengan kementrian dan lembaga terkait, tetapi juga dengan masyarakat.
“Jika seseorang sudah berilmu dengan baik, atau sudah sejahtera hidupnya, mereka tidak akan mudah terpengaruh terorisme,” ungkapnya.