Jaringan ISIS Susah Disusupi karena Ideologinya Cair Melalui Internet
Serangan tunggal seperti dilakukan Sultan Aziansyah dan Ivan Armadi Hasugian sangat susah diprediksi.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Dewi Agustina

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Serangan tunggal seperti dilakukan Sultan Aziansyah (22) di Pos Polisi Tangerang dan Ivan Armadi Hasugian (18) di Gereja Katolik Stasi St. Yosep Medan sangat susah diprediksi.
Hal ini lah yang membedakan serangan teroris ISIS dengan Al Qaeda.
Demikian diungkapkan Peneliti terorisme dan intelijen dari Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib kepada Tribunnews.com, Jumat (21/10/2016).
"Tidak bisa diukur secara pasti kapan, dan siapa yang menjadi sasaran," kata Alumni S2 Intelijen UI itu kepada Tribunnews.com.
Sangat berbeda di era Al Qaeda yang setiap kali akan menyerang melakukan rapat dan koordinasi yang rapi. Misalnya serangan bom Bali maupun serangan bom Ritz Carlton 2009.
"Ini membuktikan jejaring ISIS lebih susah ditembus oleh intelijen. Susah disusupi karena ideologinya cair melalui internet, "jelas Ridlwan.
Ridlwan menjelaskan, siapa saja yang bersimpati dengan ISIS bisa mencari bahan dan manual serangan dengan internet.
"Bisa didownload, lalu dipelajari sendiri, " katanya.
Koordinator Indonesia Intelligence Institute itu juga menjelaskan, ketika basis ISIS di Suriah dan Mosul jatuh, praktis akan ada ribuan anggota ISIS yang mudik ke negara asal.
"Mereka sekarang sedang merancang strategi baru yang disebut dengan Digital Khilafah. Mengelola khilafah tanpa basis teritorial," jelasnya.
Ini merupakan ancaman nyata yang sangat berbahaya.
"Ada serangan di Solo, lalu Medan, sekarang Tangerang. Polanya sama, individual, senjata seadanya dan tidak butuh perencanaan yang rumit. BIN harus waspadai ini, " katanya.
Antisipasi Penyerangan
Sementara itu Polda Metro Jaya meningkatkan pengamanan anggota yang bertugas di lapangan dan markas komando.