Menristekdikti: Demi Allah Saya Tidak Pernah Tahu Pemilihan Rektor Menggunakan Uang
M Nasir mengaku saat memenangi pemilihan rektor di Universitas Diponegoro, dia tidak pernah menggunakan cara uang agar terpilih.
Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Republik Indonesia Mohamad Nasir mengaku tidak mengetahui adanya permainan uang dalam pemilihan rektor di perguruan tinggi.
M Nasir mengaku saat memenangi pemilihan rektor di Universitas Diponegoro, dia tidak pernah menggunakan cara uang agar terpilih.
"Saya, demi Allah tidak pernah tahu itu karena saya tidak ada urusan itu," kata Mohamad Nasir saat memenuhi panggilan Ombudsman RI terkait laporan pemilihan Rektor Unima dan Universitas Haluoleo, Jakarta, Rabu (2/11/2016).
Baca: Ombudsman Pernah Ingatkan Menristek soal Dugaan Korupsi Pemilihan Rektor
Baca: Praktik Perdagangan Hak Suara Pemilihan Rektor Diduga Permainan Orang Dekat Menteri
Mohamad Nasir mengatakan selama menjabat sebagai menteri hanya fokus bagaimana pelaksaan pemilihan rektor berjalan lancar dan mengurusi bagaimana latar belakang para calon-calon rektor.
Mohamad Nasir menyarankan agar dugaan mengenai adanya permainan uang dalam pemilihan rektor segera dilaporkan kepada kepolisian agar diusut.
Nasir mengatakan itu penting dilakukan agar marwah pendidikan di Indonesia tetap terjaga.
Nasir mengatakan permaianan uang agar mendapatkan jabatan rektor hanya akan merusak pendidikan tinggi di tanah air.
"Saya selalu sampaikan kalau perguruan tinggi sampai korupsi bagaimana untuk menciptakan daya saing karena ini yang harus kita jaga. Oleh karena itu saya selalu jaga ini. Kalau yang ada terlibat tolong laporkan ke polisi," kata dia.
Dugaaan mengenai pemilihan rektor yang tidak transparan sebelumnya diungkapkan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Agus Rahardjo.
Pernyataan tersebut disampaikan Agus Rahardjo saat bersama-sama dengan Mohamad Nasir pada seminar Anti Corruption Summit di kampus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Selasa, 25 Oktober 2016.
"Mohon maaf Pak Nasir, bukan kami menakut-nakuti, kami sudah mendengar adanya pengangkatan rektor yang kurang transparan," kata Agus Rahardjo.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.