Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Antasari Azhar Jadi Teman Curhat Napi Tangerang

Kamar sel berukuran 4x6 meter persegi di Lapas Klas I Tangerang, menjadi saksi bisu perjalanan hidup seorang Antasari Azhar.

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Antasari Azhar Jadi Teman Curhat Napi Tangerang
Repro/Kompas TV
Antasari Azhar didampingi istrinya, Ida Laksmiwati saat acara syukuran di Lapas Kelas 1 Tangerang, Banten, Selasa (8/11/2016). Antasari Azhar akan bebas pada 10 November ini. 

TRIBUNNEWS.COM -- SEBUAH kamar sel berukuran 4x6 meter persegi di Blok G Mahameru Lapas Klas I Tangerang, menjadi saksi bisu perjalanan hidup seorang Antasari Azhar.

Sel yang hanya dilengkapi dengan sebuah kipas angin dan kasur tersebut menjadi tempat istirahat sekaligus sebagian aktivitas Antasari. Antasari pun terkenang masa-masa sulit yang harus dihadapinya seorang diri selama hidup di sel tersebut.

"Banyak kesan di kamar itu. Sakit dirasakan sendiri, badan pegal dirasakan sendiri. Mau mengeluh kemana?" ujar Antasari.
Antasari menceritakan, dirinya pernah dua kali mendadak sakit hingga harus dilarikan ke rumah sakit dan diopname.

"Pernah tiba-tiba gula darah naik 500 (Mg/dl). Padahal saya nggak ada sakit diabetes. Saya juga kaget. Saya tanya dokter, katanya saya kebanyakan pikiran. Yah, namanya juga di dalam (sel) pasti mikir terus," kenang Antasari.

"Waktu itu saya lagi ada masalah persiapan pernikahan anak kedua saya. Saya mikir, persiapannya bagaimana. Saya saat itu cuma bisa komunikasi saja dengan istri tanpa bisa melihat langsung. Tapi, alhamdulillah begitu hari-H saya datang, acara sudah siap semua. Di situ saya salut dengan istri saya," sambung dia.

Ia pun akan mengenang kembali sejumlah kegiatan yang terpaksa harus dilakoni di dalam sel. Di antaranya, beribadah, membaca Al-quran hingga senam pernafasan atau Tai Chi.

"Biasanya di kamar olahraga ringan aja, seperti menggerakkan kaki, menggoyangkan tangan, seperti Tai Chi," tukasnya.
Bagi Antasari tujuh tahun dan enam bulan berada di sel memberi banyak kenangan. Apalagi, 600 narapidana yang menjadi tahanan sudah dianggap seperti keluarga sendiri.

Berita Rekomendasi

"Terhadap rekan-rekan di sini, jujur saya berat, sedih meninggalkannya," ucap Antasari.

Antasari sedih dan berat meninggalkan para napi lantaran khawatir nasib mereka. Sebab, selama ini sebagian besar narapidana di lapas tersebut kerap berbagi cerita hingga konsultasi kepada dirinya.

"Waktu kami perpisahan blok khusus di sini saja, mereka mengatakan, 'Pak, kemana lagi kami nanti mencari tempat untuk curhat? Kemana lagi tempat kami untuk mengadu tentang keluh kesah mereka?' Di situ saya merasa berat dan sedih meninggalkan mereka. Karena mereka butuh tempat bernaung," ucapnya.

Menurut Antasari, para narapidana dengan senang hati berbagi cerita perihal masalah pribadi, masalah hukum hingga masalah keluarga. Sebab, para narapidana tersebut merasa sungkan dan takut jika berbagi cerita dengan petugas lapas.

"Tapi, kalau bicara ke saya yang senasib, mereka nggak sungkan. Di sinilah (saung) tempatnya konsultasi, di saung," kata Antasari sembari menunjuk saung tempat dilakukan wawancara.

Menurut Antasari, beberapa narapidana berkonsultasi kepadanya perihal hak dan prosedur mengajukan Peninjauan Kembali (PK) hingga hak pulang ke rumah saat ada anggota keluarga yang meninggal.

"Nah, saya berpikir, apa mereka ke depannya akan diperhastikan soal ini nggak?" ujarnya.

Antasari menambahkan, kebersamaannya dengan para narapidana sangat terlihat di kala melakukan pertandingan sepakbola, futsal dan voli. (abdul qodir)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas