As'ad: Perlu Ada Penanganan Khusus
Aksi 4 November atau yang disebut aksi 411 adalah aksi yang menimbulkan kekhawatiran pemerintah.
![As'ad: Perlu Ada Penanganan Khusus](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/aksi-unjuk-rasa-4-november_20161104_195116.jpg)
Laporan Wartawan TRIBUNnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aksi 4 November atau yang disebut aksi 411 menimbulkan kekhawatiran pemerintah.
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), As'ad Said Ali menilai pemerintah tidak seharusnya khawatir mengenai jumlah peserta aksi.
Namun bergabungnya kaum radikal dalam kelompok moderat.
Kepada wartawan usai ia menghadiri sebuah acara di Gedung Bidakara, Jakarta Selatan, Senin (21/11/206), mengatakan bergabungnya kaum moderat dan kaum radikal adalah salah satu yang jarang terjadi.
Kedua kelompok pada akhirnya bisa bergabung, karena isu yang tepat, yakni penistaan agama yang diduga dilakukan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
"Tujuan dari pelecehan agama kan menarik seperti itu, sehingga yang radikal, moderat seolah persatu. Ini perlu ada penanganan khusus," ujarnya.
As'ad Said Ali menyebut peserta aksi yang menuntut sikap tegas emerintah atas kasus hukum yang menjerat Ahok itu, sebagian partisipannya adalah rombongan dari salah satu pesantren di wilayah Surabaya, Jawa Timur.
Mantan Wakil Kepala BIN itu mengatakan pesantren tersebut sebelumnya dikenal moderat.
Bergabungnya kekuatan kaum moderat dan radikal dalam doktrin intelijen dalam negri menurutnya adalah hal yang harus segera diantisipasi.
Sehingga kekuatan tersebut tidak berujung pada hal-hal yang merugikan pemerintah.
"Harusnya yang radikal mengecil (jumlahnya), semua harus jadi moderat, karena negri ini kan dibangun dengan sikap moderasi, kalau yang radikal (menang), selesai dong keberagaman," katanya.
Rencanannya aksi serupa aksi 411 akan berulang pada waktu dekat, ada yang mengatakan pada 25 November, dan ada yang menyebutkan aksi serupa akan digelar pada 2 November.
Kalaupun aksi tersebut berulang, ia percaya aksi itu tidak akan berujung pada penggulingan pemerintah, atau perpecahan bangsa.
"Kultur kita terlalu kuat untuk diruntuhkan satu (atau) dua orang," tuturnya.