Kisah Jokowi yang 'Ngotot' Shalat Jumat Bersama Massa pada Aksi 2 Desember
Momen Presiden Joko Widodo shalat Jumat bersama massa aksi doa bersama pada Jumat (2/12/2016) lalu belum habis diperbincangkan
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Momen Presiden Joko Widodo shalat Jumat bersama massa aksi doa bersama pada Jumat (2/12/2016) lalu belum habis diperbincangkan.
Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi Saptopribowo mempunyai cerita di balik momen yang dikenal dengan sebutan aksi 212 itu.
Pada acara "Satu Meja" di Kompas TV, Senin (5/12/2016) malam, ia menceritakan kembali momen mengejutkan tersebut.
"Sebenarnya ada beberapa saran dari pembantu Presiden untuk tidak hadir, sekali lagi karena faktor keamanan," ujar Johan kepada pembawa acara Budiman Tanuredjo.
Namun, Jokowi berkeras hati tetap ingin melaksanakan shalat Jumat bersama jutaan orang.
"Presiden meyakinkan dirinya sendiri bahwa, 'Saya harus hadir di rakyat saya. Saya harus mendekatkan diri dengan rakyat saya, apa pun risikonya'," tutur Johan.
Bahkan, saat detik-detik Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla hendak jalan kaki ke Silang Monas, para pembantunya kembali mengingatkannya untuk tidak ke sana.
Selain faktor keamanan, faktor hujan yang deras juga menjadi alasan.
"Tapi apa jawaban Presiden? Saya dengar sendiri itu, 'Masa kita takut sama hujan'. Kemudian beliau langsung ke sana (Monas)," ujar Johan.
Sikap "keras kepala" Jokowi juga terlihat seusai shalat, yakni ketika berpidato di panggung. Johan mengatakan, pada awalnya tidak ada skenario demikian. Hal itu terbukti dari tidak adanya tangga di panggung itu.
"Artinya, memang tidak ada skenario Presiden hadir di situ. Tapi Presiden memang membuat kejutan, setelah selesai (shalat) dia naik ke panggung, tanpa protokoler," ujar Johan.
Meski demikian, Johan mengapresiasi pelaksanaan shalat Jumat bersama yang berlangsung khidmat dan damai tersebut.
Tidak hanya pada aksi 212, lanjut Johan, pada aksi 4 November 2016, Jokowi juga pada dasarnya ingin hadir menemui pengunjuk rasa.
Namun, dalam aksi 4 November yang berujung pada kerusuhan setelah unjuk rasa berakhir itu, Presiden disarankan tak menemui pengunjuk rasa atas alasan keamanan.
Namun, Johan mengatakan bahwa ketidakhadiran Jokowi pada aksi 411 membuat masyarakat kecewa sehingga Jokowi merasa perlu untuk menemuinya pada aksi 212.
"Setelah peristiwa 411, Presiden memahami bahwa tuntutan itu tak ada kaitan sama sekali dengan soal politik, soal Pilkada. Tapi ada silent majority yang merasa tersakiti hatinya oleh statement yang dianggap menistakan agama," ujar Johan.
"Karena itu, Presiden perlu hadir dan Presiden yakin betul bahwa di tengah-tengah rakyat merasa aman dan tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Maka itu memutuskan hadir pada Jumat 212 itu," kata dia.(Fabian Januarius Kuwado)