Teroris Siap Serang Polisi Saat Pergantian Tahun
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto menjelaskan isi surat itu.
Editor: Hendra Gunawan
Rumah kontrakan yang digeledah itu terletak di dekat Kompleks Pemerintahan Kabupaten Bandung. Keduanya hanya terpisahnya bentangan sawah.
Pemilik warung di sebelah rumah yang digeledah, Ernika (34) mengatakan, rumah kontrakan yang digeledah polisi ditempati sepasang suami istri.
Mereka memiliki dua anak kecil dan si istri tengah hamil besar. Keluarga tersebut bersikap baik dan bersosialisasi dengan warga.
"Si Eneng, istrinya, sangat baik dan ramah. Dia pakai cadar dan ramah, suka mengobrol dengan tetangga. Kalau ke warung, suka beli makanan ringan buat anak-anaknya," kata Ernika.
Ernika tidak tahu profesi yang digeluti pasangan tersebut. Pasangan itu baru tinggal di rumah itu selama tiga bulan.
Warga tidak menyangka jika keluarga tersebut memiliki kaitan dengan kasus terorisme di Jatiluhur.
Ketua RT 03, Oon Zaenudin mengatakan, Abu Sofi dan istrinya menempati rumah itu selama sekitar tiga bulan. Sekitar sebulan lalu, keluarga tersebut pindah ke Kampung Lebakwangi Kaler, Desa Sekarwangi, Kecamatan Soreang.
"Istrinya tertutup, jarang bersosialisasi. Istrinya menggunakan cadar, jadi kami tidak tahu mukanya seperti apa," tutur Oon.
Kaget
Pada waktu yang berdekatan, polisi juga melakukan penggeledahan di RT 03/25 Kampung Sukamulya, Desa/Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
"Kami kaget kok banyak polisi bawa senjata. Kalau takut sih enggak, cuma kaget aja, enggak nyangka ada teroris di sini," ujar Dadan (24) tetangga terduga teroris Deden alias Abu Faiz di Kampung Sukamulya, RT 3/25, Desa/Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat, Senin (26/12).
Dadan mengatakan, Deden cukup baik meski sangat tertutup di lingkungan masyarakat.
"Orangnya mah baik, sering bantu-bantu benerin kontrakan, tapi emang tertutup orangnya apalagi istrinya jarang bersosialisasi," katanya.
Ketua RW 25, Kornelis mengatakan, pihaknya sempat curiga karena yang bersangkutan tidak pernah menyerahkan kartu tanda pengenal setiap ditagih Ketua RT.
"Setiap ditagih selalu susah, bilangnya nanti-nanti terus. Tapi ngakunya orang Garut," ujarnya. (tribunjabar/kps/men/yog)