Militer Australia Hina Pancasila, Begini Tanggapan Prabowo Subianto
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menanggapi hubungan bilateral Indonesia dan Australia yang kembali 'memanas' akibat penghinaan Pancasila.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menanggapi hubungan bilateral Indonesia dan Australia yang kembali 'memanas' akibat penghinaan Pancasila.
Militer Australia menghina Pancasila yang membuat Panglima TNI untuk sementara memutuskan kerjasama militer dengan negara tetangga itu.
Prabowo meminta masyarakat Indonesia untuk mempercayakan kasus itu kepada para petinggi negara.
Baca: Menteri Pertahanan RI Benarkan Oknum Militer Australia Menghina Pancasila
Mantan Danjen Kopassus tersebut mengatakan rakyat Indonesia sebaiknya mempercayakan penuntasan masalah tersebut kepada Presiden Joko Widodo dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
"Karena saya tidak tahu peristiwa apa yang terjadi. Kalau saya sih selalu percaya kalau presiden dan panglima TNI akan mengambil sikap yang terbaik untuk bangsa kita," kata Prabowo di JIEXPO , Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (8/1/2017).
Prabowo menilai sebagai lembaga yang masih dipercaya oleh masyarakat Indonesia, TNI mampu menyelesaikan masalah tersebut.
Baca: Ketika Australia Serang Balik Panglima TNI dengan Dua Isu
Ia tidak mau berkomentar atau mencampuri permasalah tersebut karena menurut Prabowo ada pemerintah yang bisa menanganinya.
"Jadi institusi yang saya kira masih dihormati dan dipercaya rakyat itu TNI. Jadi kita ikuti saja, kita denger saja sikap TNI seperti apa, Presiden saya kira sudah diberitahu," paparnya.
Sebelumnya, dilaporkan ada materi pelatihan di tentara Australia yang dianggap melecehkan Pancasila dan TNI.
Baca: Panglima TNI: Bangsa Indonesia Jangan Mudah Terprovokasi
TNI mengambil sikap membekukan sementara kerjasama militer dengan Australia.
Hubungan panas Indonesia dan Australia pernah terjadi sebelumnya, salah satunya yakni berita mengenai penyadapan yang dilakukan pihak Australia terhadap telepon SBY dan beberapa pejabat lainnya 2013 lalu.
Akibat peristiwa tersebut, Indonesia kemudian memanggil pulang Dubes-nya untuk Australia Nadjib Riphat.