Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ichsanuddin Noersy Gabung di Grup WA 'Peduli Negara' dengan Para Tersangka Makar

Di kesempatan itu, dia menjelaskan, tak pernah berada satu forum dengan Sri Bintang Pamungkas.

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Ichsanuddin Noersy Gabung di Grup WA 'Peduli Negara' dengan Para Tersangka Makar
TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/LENDY RAMADHAN
Ekonom, Ichsanudin Noorsy 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat ekonomi dan politik, Ichsanuddin Noersy menjalani pemeriksaan sebagai saksi terkait kasus makar yang diduga melibatkan aktivis Sri Bintang Pamungkas (SBP).

Ini bukan kali pertama Noersy dimintai keterangan terkait kasus makar.

Sebelumnya, dia diperiksa terkait kasus makar yang diduga melibatkan Rachmawati Soekarnoputri, pada 10 Januari lalu.

"Hari ini pemeriksaan menyangkut Sri Bintang Pamungkas saja, ada 32 pertanyaan dan 14 halaman laporan. Substansi sih sama, karena pengulangan. Tetapi lebih ditekankan ke Sri Bintang Pamungkas," ujar Noersy, ditemui di Mapolda Metro Jaya, Rabu (18/1/2017).

Noersy mengaku tak mengenal dekat dengan SBP.

Dia hanya tergabung di dalam grup media sosial, WhatsApp dengan sejumlah tokoh yang diduga melakukan permufakatan untuk makar tersebut.

"Kalau kenal dekat sih tidak, tetapi saya satu grup WA dengan mereka di grup "Peduli Negara"," ujarnya.

Berita Rekomendasi

Di kesempatan itu, dia menjelaskan, tak pernah berada satu forum dengan Sri Bintang Pamungkas.

Namun, dia mengetahui ada kajian sejumlah tokoh di Universitas Bung Karno, pada 20 November.

Di kajian 20 November tersebut, kata dia, fokusnya memang ke dua hal, yaitu posisi tentang penistaan agama dan perkembangan ekonomi global.

Pada saat kajian penistaan agama itu, dia melampirkan berkas yang memuat mengenai tujuh media asing yang menceritakan demo 411.

"Mereka mengkonstruksikan demo 411 itu demo Islam vs Kristen, saya tegas saja ya terbuka. Dan itu juga yang saya sampaikan di UBK. Saya bilang tadi ini bukan peristiwa baru, peristiwa ini menjadi kajian saya sejak 2002," kata dia.

Dia melihat, sejumlah tokoh itu fokus membicarakan akibat, bukan sebab. Dia melihat terdapat kesalahan dalam struktur amandemen.

"Itulah mengapa pentingnya, mengembalikan ke ekonomi konstitusi," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas