Paham Radikal Ada di Tengah Masyarakat
Gerakan ini telah mengancam sendi-sendi Kebhinnekaan dan kebangsaan yang telah dibangun dengan susah payah oleh founding fathers bangsa.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dewan Koordinasi Nasional (DKN) Garda Bangsa berencana menggelar Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas), di Jakarta, Kamis (19/1/2017).
Acara tersebut dijadwalkan akan membahas topik mengenai deradikalisasi, intoleransi dan terorisme beserta solusinya.
Dalam Muspimnas tersebut, DKN Garda Bangsa akan menghadirkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar dan pengamat terorisme Alchaidar dan beberapa menteri dari PKB.
"Fenomena radikalisasi masih terus terjadi di Indonesia. Sepanjang tahun 2016, telah terjadi sedikitnya empat kali bom bunuh diri. Realitas kekinian menunjukkan bahwa kekerasan, intoleransi, radikalisme mengancam kebhinekaan dan demokrasi kita," kata Ketua Umum DKN Garda Bangsa, Cucun A Syamsurijal di Jakarta, Rabu (18/1/2017).
Pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Fraksi PKB di DPR ini memandang, paham radikal-teror bukanlah isapan jempol, namun benar adanya ditengah-tengah masyakat.
Bahkan menurutnya, gerakan ini telah mengancam sendi-sendi Kebhinnekaan dan kebangsaan yang telah dibangun dengan susah payah oleh founding fathers bangsa.
"Merebaknya paham radikalisme-terorisme patut mendapatkan perhatian kita. Beberapa lembaga penelitian, seperti Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) mensinyalir bahwafaham radikalisme-terorisme telah masuk dan menginfiltrasi institusi pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah," tuturnya.
Bahkan Lembaga riset Pew Researce, merilis hasil penelitiannya yang menyebutkan bahwa Indonesia masuk katagori Negara yang penduduknya, ada 4 persen atau sekitar 10 juta penduduk Indonesia, mendukung pandangan-pandangan dan gerakan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS).
Ironisnya, pandangan-pandangn radikal dan ektrim ini didukung oleh anak muda yang berada dalam usia produktif.
Di sisi lain, kita sedang mengalami ledakan jumlah penduduk usia produktif.
"Mereka inilah masa depan Indonesia yang akan menjadikan domografi sebagai bonus pembangunan. Mereka tidak hanya dominan dari sisi demografi, namun juga kelompok mayoritas dalam elektoral, mereka adalah generasi milenial," ucapnya.