Kader Muda Demokrat Sebut Ada ''Politisi Hitam'' Dalangi Demo di Kediaman SBY
Semakin dekatnya pemilihan Gubernur DKI Jakarta berbanding lurus dengan semakin tingginya tensi dan dinamika politik yang menyita perhatian nasional.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Semakin dekatnya pemilihan Gubernur DKI Jakarta berbanding lurus dengan semakin tingginya tensi dan dinamika politik yang menyita perhatian nasional.
Wakil Ketua Umum Kader Muda Demokrat (KMD), Kamhar Lakumani, mengatakan berawal dari dugaan pelecehan terhadap surat Al-Maidah ayat 51 oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang kini terdakwa kasus penistaan agama telah memancing dan menimbulkan reaksi umat Islam melalui aksi bela Islam I yang dikenal sebagai aksi 411 dan aksi bela Islam II atau aksi 212 yang tercatat dengan tinta emas dalam sejarah aksi Indonesia.
Aksi yang diikuti jutaan umat dari berbagai daerah di Indonesia yang berlangsung dengan tertib, santun dan dalam suasana kebathinan yang khidmat, teduh dan membanggakan.
"Aksi ini kemudian oleh para pendukung Ahok direspon dengan membuat aksi "kebhinekaan" yang sudah barang tentu tak sebanding dengan kerayaan aksi bela Islam," kata Kamhar dalam keterangan persnya di Jakarta, Senin (6/2/2017).
Kamhar mensinyalir dinamika itu didesain sedemikian rupa untuk menstigmakan bahwa yang menolak dan mengecam Ahok atau umat Islam secara umum adalah anti kebhinekaan.
"Sementara aksi bela Islam termasuk terbitnya Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dituduhkan sebagai aksi bayaran dan fatwa pesanan yang dibekingi oleh SBY untuk kepentingan politik Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang ikut berlaga dalam kontestasi Pilgub DKI. Ahok malah menyebut massa aksi dibayar sebesar Rp 500 ribu per orang," kata Kamhar.
Menurut Kamhar, ini sungguh merupakan penyesatan ketika umat Islam dianggap anti kebhinekaan termasuk tuduhan pada pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni yang menjadi kompetitor Ahok sebagai anti kebhinekaan.
"Fitnah yang keji serta pelecehan terhadap umat Islam secara umum dan pelecehan terhadap lembaga MUI," katanya.
Dijelaskan bahwa penyesatan ini merupakan bentuk pembodohan masyarakat, namun masyarakat juga tahu pasti bahwa sebagai mayoritas, umat Islam lah yang berkontribusi terbesar dalam membangun, menjaga dan merawat kebhinekaan.
"Pak SBY selama dua periode menjadi Presiden RI berhasil membuat bangunan kebhinekaan semakin kokoh dan harmonis," ujar Kamhar.
Lanjut Kamhar, Calon Gubernur Jakarta nomor urut satu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) lahir dan besar dalam lingkungan yang sangat menjunjung tinggi kebhinekaan, berlatar belakang sebagai TNI, anak SBY dan cucu dari Jenderal (Purn) Sarwo Edhie Wibowo yang memimpin penumpasan G 30/S/PKI untuk memastikan pancasila dengan sesanti Bhineka Tunggal Ika tetap menjadi landasan bangsa.
"Bahkan paman AHY ada yang beragama Katolik dan Istrinya sendiri dari suku Batak," kata Kamhar.
Kamhar mengatakan keluarga AHY adalah potret dan cerminan kebhinekaan yang sesungguhnya. Akan sangat jauh berbeda jika disandingkan dengan profil keluarga Ahok.
"Jadi isu kebhinekaan merupakan penyesatan untuk kepentingan politik Ahok yang justru nalar dan akal sehat kita menilai Ahok dan kroninyalah 'biang kegaduhan'," kata dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.