Benarkah Megawati dan SBY Berseteru? Tengok Fakta Ini
Benarkah hubungan politik Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono sepanas di permukaan?
Penulis: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM - Semua mata tertuju pada Pilkada serentak kedua, khususnya di Pilgub DKI Jakarta, karena ketua umum partai pengusung masing-masing pasangan calon turun gunung dalam kampanye terbuka.
Tengok saja Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri turun di kampanye Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat; Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di kampanye Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni; dan Ketua Dewan Pembina DPP Gerindra Prabowo Subianto, berkampanye untuk Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Turun gunungnya Megawati dan SBY kali ini menambah tensi politik Ibu Kota. Hubungan keduanya di permukaan terkesan berseteru jadi pandangan umum, tapi benarkah sepanas itu melihat ikatan Demokrat dan PDI Perjuangan di pilkada lainnya untuk gelombang kedua ini?
Baca: Dana Kampanye Agus-Sylvi Hanya Rp 9,1 Miliar Sulit Dicerna Logika
"Kondisi daerah mengatakan lain di mana hubungan keduanya (Megawati dan SBY, red) ternyata tidak sepanas di Ibu Kota," ungkap Masykurudin Hafidz, Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat kepada Tribun, Rabu (8/2/2017).
Sementara 23 daerah lainnya tersebar di kabupaten/Kota di seluruh daerah Pilkada, diantaranya Aceh Barat, Tapanuli Tengah, Musi Banyuasin, Brebes, Kota Singkawang, Buton Selatan, Maluku Tengah, Morotai hingga Lanny Jaya.
"Artinya di sini PDI Perjuangan dan Demokrat nyatanya bersatu mendukung pasangan calon yang sama di seperempat daerah Pilkada serentak kedua," Masykurudin menjelaskan.
Keduanya sama-sama mengeluarkan surat rekomendasi untuk pasangan calon yang sama. Dengan dukungan tersebut, PDI Perjuangan dan Demokrat di daerah Pilkada bersatu untuk berkampanye memenangkan calon yang diusung bareng.
Dikatakan dia, fokus partai politik dan elitenya memusatkan konsentrasi di Pilkada DKI harus disadari, suka tidak suka, memang membuat kondisi Pilkada lainnya terlupa.
"Masyarakat pemilih di daerah terdorong untuk membicarakan dan fokus di Jakarta ketimbang daerahnya sendiri. Sebagian besar ini disebabkan aktor politik nasional yang cukup kuat mengarahkan konsentrasi di Pilkada Jakarta," kata dia.
Seharusnya, perhatian elite politik ibu kota juga memeriahkan dukungannya di lapangan untuk Pilkada lainnya, tak hanya ibu kota, karena sama-sama penting untuk menjaga momentum.
"Sangat penting mengembalikan nuansa Pilkada di daerah lainnya. Jangan sampai perilaku politik nasional menghilangkan karakter Pilkada yang beragam dan variatif," Masykurudin mengingatkan esensi Pilkada.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.