Disambut Lagu Desaku, Air Mata Mensos Mengalir
Nantinya mahasiswa melakukan berbagai program kegiatan untuk mengatasi berbagai persoalan sosial kemasyarakatan.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Air mata Menteri Sosial Khofifah Indar mengalir deras saat paduan suara Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) menyanyikan lagu Desaku.
Tampak berkali-kali Khofifah menyeka sudut matanya. Khofifah mengunjungi UKIM dalam rangka penandantanganan nota kesepahaman (MoU) tentang Pengembangan Model Desa Sejahtera Mandiri yang saat ini dikerjasamakan dengan 16 perguruan tinggi melalui KKN Mahasiswa.
"Suaranya bagus sekali, saya sampai merinding. Tiba-tiba saya keingat anak-anak Indonesia yang dibawa ke Suriah, abak- anak yang menjadi korban kekerasan seksual di perdesaan dan perkampungan, anak- anak yang tereksploitasi karena kemiskinan di desanya, katanya Jum'at (9/2/2017).
Menurutnya, kondisi desa saat ini berbeda dengan masa lalu. Kearifan lokal yang dulu begitu dijunjung tinggi, saat ini mulai hilang dan tercerabut dari lokalitasnya sendiri.
Nilai-nilai toleransi, setiakawan, solidaritas, gotong royong, tenggang rasa, dan saling menghormati semakin terkikis. Masyarakat semakin intoleran individualistis, acuh, dan saling curiga.
Padahal, kata dia, kearifan lokal menjadi modal utama pembangunan di tengah kemajemukan Indonesia.
"Jadi meskipun berbeda suku, agama, dan ras pemikirannya tetap satu membangun desa menjadi lebih permai dan sejahtera," tuturnya.
Sementara itu terkait desa mandiri, Khofifah mengatakan kerjasama yang dilakukan dengan perguruan tinggi diimplementasikan saat mahasiswa melaksanakan kuliah kerja nyata.
Nantinya mahasiswa melakukan berbagai program kegiatan untuk mengatasi berbagai persoalan sosial kemasyarakatan.
Hal ini sangat penting, mengingat mereka tidak sekadar membangun desa dan menjadikannya mandiri namun turut membangun negeri.
Khofifah mengatakan, mahasiswa bisa ikut membantu pemerintah melalui Kementerian Sosial dalam melakukan penyisiran terhadap masyarakat miskin di desa tempatnya KKN. Dengan demikian, tidak ada masyarakat miskin yang tercecer yang tidak memperoleh bantuan sosial sebagaimana amanat nawacita.
Namun demikian, Ia berharap KKN di satu titik desa bisa dilaksanakan secara terus menerus. Minimal dua sampai tiga tahun hingga desa tersebut menjadi desa mandiri dan berdaya .
Penyisiran secara terus menerus ini, kata dia, akan semakin mempercepat penanganan kemiskinan di daerah tersebut.
"Kalau ada yang rumahnya tidak layak huni kita ada program Rutilahu, atau jika ada lansia miskin dan penyandang disabilitas Kemensos juga punya bantuan untuk mereka," ujarnya.
Khofifah menambahkan desa menjadi sasaran utama karena angka kemiskinan di desa dua kali lipat lebih tinggi daripada di kota. Aksesibilitas terhadap layanan publik pun sangat minim.
"Prosentase penduduk miskin di desa mencapai 13,96 persen, sementara di Kota hanya 7,73 persen," terangnya.
Oleh karena itu, Ia berharap langkah kerjasama yang dilakukan oleh UKIM bisa diikuti oleh perguruan tinggi lainnya di Indonesia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.