Minat Baca Rendah Memperparah Dampak Hoax
Meutya Hafidz mengingatkan media arus utama memiliki peran yang amat strategis menangkal berita palsu (hoax).
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Sanusi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi I DPR Meutya Hafidz mengingatkan media arus utama memiliki peran yang amat strategis menangkal berita palsu (hoax).
Media arus utama yang independen, akurat dan profesional menjadi ujung tombak penangkal berita palsu.
"Banyaknya berita palsu yang beredar, tidak lagi hanya merugikan satu dua orang yang terkait dengan pemberitaan tersebut, namun juga banyak menimbulkan rasa benci dan berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa," kata Meutya dalam Seminar Partai Golkar 'Mewujudkan Pers yang Independen dan Netral sebagai Salah Satu Upaya Penanggulangan Berita Palsu' di Gedung DPR, Jakarta, Senin (13/2/2017).
Meutya menuturkan dampak yang diciptakan berita palsu menjadi sangat destruktif, saat dikaitkan dengan minat baca masyarakat Indonesia yang masih sangat rendah.
"Kondisi ini diperburuk karena dibarengi dengan tingkat baca buku yang rendah di Indonesia, yaitu 0,001 persen menurut data UNESCO," kata Meutya.
Meutya berharap adanya solusi serta proteksi dari persoalan tersebut.
Proteksi diperlukan agar masyarakat terlindungi dan mendapatkan hak atas informasi yang benar.
Meutya pun sempat menyinggung perjalanan panjang pers Indonesia. Pada 9 Februrari lalu, insan pers merayakan hari Pers di Ambon.
"Pers dulu berperan sebagai alat perjuangan kemerdekaan. Pers pernah mengalami masa sulit penuh tantangan, dibatasi, ditekan bahkan sebagian dibredel. Namun tantangan zaman terkini nampaknya akan menjadi tantangan yang tersulit dalam perjalanan pers tanah air. Pers bukan lagi berhadap-hadapan dengan penguasa atau rezim, ia berhadapan dengan dirinya sendiri," kata Meutya.