Kisah Seru Para Sopir Penjemput Rombongan Raja Arab Saudi
Nah, selama di Indonesia, delegasi Raja Arab tersebut menggunakan mobil mewah yang disiapkan beserta para sopirnya.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM - Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al Saud berkunjung ke Indonesia dengan membawa 1.500 rombongan termasuk 10 menteri dan 25 pangeran.
Nah, selama di Indonesia, delegasi Raja Arab tersebut menggunakan mobil mewah yang disiapkan.
Tak tanggung-tanggung, mobil-mobil tersebut cukup bikin silau siapapun yang melihatnya.
Sebut saja mulai dari Mercedes Benz E-Class, S-Class, hingga Toyota Alphard serta Vellfire.
Tapi ratusan unit mobil mewah tersebut statusnya mobil taksi berpelat kuning dari salah satu perusahaan taksi terbesar di Indonesia.
Sugiono, salah seorang sopir taksi pengendara Alphard Vellfire, merasa ini merupakan kesempatan yang berharga selama dirinya menjadi sopir.
Maklum, tamu yang bakal dibawanya itu tidak sembarangan: rombongan orang nomor satu di Arab Saudi.
"kita bisa cerita ke anak cucu nanti, meski yang kita bawa bukan Raja Salman, tetapi tetap rombongan dari Raja Salman," ujarnya sambil tersenyum.
Saban hari, Sugiono mengambil penumpang di Bandara Soekarno-Hatta.
Menurut dia, penghasilan sehari-harinya cukup untuk menghidupi keluarganya, bahkan jika penumpang sedang ramai, bisa mendapatkan uang tambahan.
"Nah, kalau ini sudah dipatok per hari dapat Rp500 ribu, sebenarnya lebih besar penghasilan dari mengambil penumpang biasa, tetapi ini tidak bisa ditolak, karena tugas dari perusahaan," tutur Sugiono.
Bukan cuma Sugiono, Ridwan yang juga bertugas membawa Vellfire juga memiliki pandangan yang serupa.
Ini merupakan kali pertamanya mendapat kesempatan berharga seperti itu.
"Seru, selain bisa ikut rombongan, kita juga bisa bertemu dengan teman-teman sopir lain yang sebelumnya belum pernah bertemu," ungkap Ridwan.
Sejak dari Senin 27 Februari 2017, dia sudah siaga di Parkir Timur Senayan, Jakarta Pusat, bersama ratusan sopir lainnya.
"Kita tinggal menunggu perintah saja kapan bisa jalan," terangnya.
Otomania/Aditya Maulana