Pedang Emas untuk Soeharto dan Sebilah Keris untuk Raja Arab Saudi
Dalam kunjungan itu, terlihat keberpihakan Raja Faisal kepada bangsa Palestina dan mendukung perjuangan melawan bangsa Israel.
Penulis: Rendy Sadikin
Kedua pemimpin tersebut telah membahas masalah krisis Timur Tengah.
Dalam pertemuan ini, Soeharto telah menegaskan kembali sokongan Indonesia terhadap perjuangan bangsa Arab.
Perundingan juga menyentuh masalah hubungan ekonomi antar kedua negara.
Tercapai kesepakatan bahwa masalah ini akan dibicarakan lebih lanjut oleh para menteri perdagangan kedua negara.
Namun, lima tahun setelah kunjungan tersebut, nasib Raja Faisal berakhir tragis.
Tepatnya pada 25 Maret 1975, Raja Faisal tewas dibunuh.
Pelakunya adalah keponakannya sendiri, yaitu Faisal bin Mus'ad yang baru saja pulang dari Amerika Serikat.
Mus'ad menyamar sebagai delegasi Kuwait yang ingin bertemu Raja Faisal secara mendadak.
Pada saat Raja Faisal berjalan ke arahnya untuk menyambut, maka Faisal bin Mus'ad pun tiba-tiba mengeluarkan sepucuk pistol dan menembakkannya ketubuh Raja Faisal sebanyak tiga kali.
Dari luka tembak tersebut, Raja Faisal kehabisan darah mengembuskan nafas terakhirnya tak lama setelah itu.
Dari hasil penyidikan dan interogasi yang dilakukan, Faisal bin Musaid mengaku bahwa pembunuhan itu atas dasar inisiatifnya sendiri, selain teori konspirasi yang berembus di masyarakat, petugas pun mencurigai adanya kerusakan mental pada Faisal bin Musaid.
Akhirnya tak lama setalah itu, Ibnu Mus'ad (nama panggilan Faisal bin Musaid) itupun dihukum qisas (bunuh) di hadapan khalayak.