Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tinggalkan Bali, Raja Salman Lanjutkan Kunjungan Asia ke Jepang

Raja Salman menjadi raja Arab Saudi pertama yang melakukan perjalanan ke Jepang setelah 46 tahun terakhir.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Tinggalkan Bali, Raja Salman Lanjutkan Kunjungan Asia ke Jepang
Istimewa
Raja Saudi Arabia, Salman bin Abdulaziz Al-Saud meninggalkan Pulau Dewata, Minggu (12/3/2017). Sekitar pukul 11.07 Wita, Raja Salman meninggalkan Pulau Bali melalui parkir Selatan Bandara Ngurah Rai. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Raja Saudi Arabia Salman bin Abdulaziz al-Saud sudah meninggalkan Pulau Bali, Jakarta, Minggu (12/3/2017).

Raja Arab akan mulai empat hari lawatan kenegaraannya ke Jepang mulai hari ini Minggu (12/3/2017). Selama di sana, akan menggalang kerjasama bagi reformasi ekonomi di negara yang dipimpinnya ketika akan bertemu dengan Perdana Menteri Shinzo Abe.

Raja Salman menjadi raja Arab Saudi pertama yang melakukan perjalanan ke Jepang setelah 46 tahun terakhir.

Raja bermaksud untuk meminta kerjasama investasi, dukungan teknis dan bentuk-bentuk lain untuk membantu agenda reformasi ekonomi yang tengah ia gulirkan di Arab Saudi.

Hal ini untuk mewujudkan reformasi ekonomi yang ditujukan untuk melepas negaranya dari ketergantungan pada produksi minyak.

Arab Saudi adalah salah satu produsen minyak mentah terbesar di dunia. Tetapi tercatat defisit fiskal selama 3 tahun berturut-turut karena harga minyak mentah yang rendah.

Berita Rekomendasi

Lebih dari 1.000 delegasi akan menemani Raja Salman, diantaranya para Menteri Kabinet dan anggota keluarga kerajaan. Forum bisnis dijadwalkan juga akan digelar untuk menyerukan investasi di Arab Saudi.

Raja juga akan bertemu Kaisar Akihito.

Raja Salman tengah melakukan kunjungan kenegaraan ke beberapa negara di Asia, antara lain Malaysia, Indonesia, China, dan Jepang.

Kunjungan Raja Salman pada dasarnya terkait dengan program reformasi ekonomi yang diluncurkan pemerintah Arab Saudi pada tahun 2016 lalu.

Progam tersebut diluncurkan oleh Deputi Putra Mahkota Mohammad bin Salman. Program tersebut bertujuan untuk mendiversifikasi ekonomi dan sebagai upaya modernisasi tatanan masyarakat.

Pasalnya, selama ini lebih dari 85 persen penerimaan negara Arab Saudi berasal dari minyak. Penurunan harga minyak secara tajam memaksa Arab Saudi memikirkan kembali strategi ekonominya.

Pada 2015, defisit anggaran Arab Saudi mencapai 366 miliar riyal atau 98 miliar dollar AS dan pada 2016 mencapai 297 miliar riyal pada tahun 2016.

Untuk menambal anggaran yang bolong, Arab Saudi pun terpaksa berutang untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, di mana negara itu berhasil memperoleh dana 17,5 miliar dollar AS.

Arab Saudi pun sudah memangkas subsidi energi, memotong gaji pegawai pemerintah, dah memperingatkan adanya penghematan selama empat tahun.

Arab Saudi pun dikabarkan mengajukan utang senilai 10 miliar dollar AS ke perbankan internasional. Awalnya negara itu mengajukan utang sebesar 8 miliar dollar AS.

Akan tetapi, tingginya permintaan membuat Kementerian Keuangan Arab Saudi meningkatkan jumlah utang menjadi 10 miliar dollar AS.

Pengajuan utang kepada lembaga internasional ini merupakan yang pertama dalam 25 tahun, atau kali pertama sejak awal tahun 1990-an.

Rencana transformasi ekonomi Arab Saudi antara lain mencakup pemotongan subsidi, kenaikan pajak, penjualan aset negara, efisiensi pemerintahan, dan menaikkan investasi asing.

Bagian lain dari Visi 2030 adalah privatisasi sebagian saham perusahaan minyak negara, Saudi Aramco, serta transformasi Public Investment Fund jadi lembaga pengelola kekayaan terbesar di dunia. (NHK

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas