Ketua MUI Ma'ruf Amin Jelaskan Kaitan Agama dan Negara
"Kyai Haji Hasyim Asyari mengeluarkan fatwa jihad, itu menginspirasi (peristiwa) sepuluh November," ujar Ma'ruf Amin.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) punya tanggungjawab kenegaraan dan kebangsaan.
Hal itu dikatakan Ketua Umum MUI, Ma'ruf Amin, dalam pemaparannya di acara Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), yang digelar di hotel Crowne Plaza, Jakarta Selatan, Senin (27/3/2017).
Ia mengingatkan, bahwa MUI sudah berdiri sebelum Indonesia merdeka.
Bahkan sejumah pimpinan MUI ikut dalam memerdekakan Indonesia, mulai dari menyusun Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, hingga ikut berperang mengusir penjajah serta ikut mengusir agresor yang datang setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945.
"Kyai Haji Hasyim Asyari mengeluarkan fatwa jihad, itu menginspirasi (peristiwa) sepuluh November," ujar Ma'ruf Amin.
Baca: Ketua MUI Maruf Amin Komentari Pernyataan Jokowi soal Pemisahan Politik dan Agama
Fatwa tersebut dikeluarkan pada akhir Oktober 1945 oleh Rais Akbar Nahdlatul Ulama Hadlratussyekh KH M. Hasyim Asy’ari.
Fatwa tersebut kemudian menginspirasi para santri untuk memerangi para penjajah, dan pergerakan tersebut berujung pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.
"Kalau (ikut) mendirikan berarti ada sahamnya, NU punya saham (di negeri ini)," katanya.
"Menurut saya masalah agama dan negara itu sudah selesai secara politis, ketika negara ini ditetapkan anggaran dasar nya, undang-undang dasar seribu sembilan ratus empat puluh lima, kemudian Pancasila, kemudian Bhineka Tunggal Ika, sudah selesai," Ma'ruf Amin menambahkan.
Belakangan hubungan agama dan negara menjadi kembali dipertanyakan, ketika kaum radikal agama dan radikal sekuler mendapat perhatian besar.
Padahal pemahaman mereka tentang agama belum tentu tepat menurut Ma'ruf Amin yang juga merupakan Rais'Aam NU itu.
Kaum radikal agama telah mempresepsikan jihad sebagai perang.
Padahal pemaknaan tersebut bisa tepat jika ditempatkan dalam situasi perang, sedangkan Indonesia bukanlah wilayah yang tengah dilanda perang. Seharusnya makna jihad diartikan sebagai perbaikkan keadaan.
"Mereka memposisikan itu karena (menganggap) ini wilayah perang, karena itu lah terjadi terorisme. Menurut meraka terorisme itu perang, padahal jihad adalah jihad, teror adalah teror," ujar Ma'ruf Amin.
Sementara itu peran dari radikal sekuler, adalah berusaha menghilangkan peran agama dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Padahal agama dan negara bukanlah dua hal yang bertentangan.
"Ketika NU ditanya, NU pilh Islam apa Panasila, ya (pilih) dua-duanya, Islam dann Pancasila, Islam itu akidah, Pancasila itu dasar negera, tidak bertentangan antara Islam dan Pancasila," katanya.