Belum Dibuka, Rapat Paripurna DPD Sudah Ricuh, Anggota Saling Tarik dan Dorong sampai Jatuh
Namun, ia kemudian diseret oleh senator lain dan suasana menjadi rusuh. Sejumlah anggota ikut maju ke depan, keamanan pun dipanggil.
Editor: Sapto Nugroho
Laporan Wartawan Kompas.com, Nabilla Tashandra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rapat paripurna Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI yang digelar di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (3/4/2017), diwarnai kericuhan.
Rapat belum dimulai, suasana sudah memanas.
Kejadian dimulai saat Anggota DPD RI asal Maluku Utara, Basri Salama mengajukan interupsi.
Menurut dia, seharusnya ada penyerahan penanggungjawab sidang dari pimpinan DPD RI kepada pimpinan sementara yang dibahas dalam Panitia Musyawarah (Panmus).
Sebab, masa jabatan dua pimpinan sidang, yakni Farouk Muhammad dan GKR Hemas dianggap sudah berakhir jika mengikuti tatib masa jabatan 2,5 tahun.
Adapun Ketua DPD RI, Mohammad Saleh tak hadir dalam paripurna karena tengah dirawat di rumah sakit.
"Kalau tidak melakukan penjadwalan kembali terhadap penyerahan pimpinan sidang kepada pimpinan sidang sementara, maka pukul 12.00 WIB terjadi kekosongan (pimpinan). Kalau tidak ditaati maka seluruh proses dari produk hukum akan jadi ilegal," kata Basri Salama.
Kemudian muncul Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Ahmad Nawardi yang mengatakan bahwa Panmus mengamanatkan pimpinan sementara untuk memimpin rapat.
Hal itu dibantah Farouk Muhammad.
Ahmad Nawardi yang maju ke meja pimpinan sidang sempat adu mulut dengan Farouk Muhammad.
"Kami di sini diamanatkan oleh rapat paripurna kemarin," kata Farouk Muhammad.
Ahmad Nawardi mengambil alih pengeras suara di podium sambil membawa secarik kertas berisi kesimpulan rapat Panmus beberapa waktu lalu.
Di sela Ahmad Nawardi membacakan hasil Panmus tersebut, muncul senator lain yang tak terima Nawardi mengambil alih podium.