Sinta Nuriyah: Kebhinekaan Terobek Kelompok Radikal dan Intoleran
Saya merasa kebhinekaan terobek-robek oleh bangsanya sendiri, karena ada kelompok radikal, fundamentalis
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid, istri Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid, mengaku prihatin dengan kaum radikal yang belakangan menyebarkan kebencian dengan berkedok agama secara masif, intensif dan berlanjut.
"Saya merasa kebhinekaan terobek-robek oleh bangsanya sendiri, karena ada kelompok radikal, fundamentalis, intoleransi yang mencoba membrain washed (cuci otak) pemikiran rakyat Indonesia," kata Sinta dalam talkshow berjudul 'Perempuan dan Kebhinekaan' di Jakarta, Senin (10/4/2017).
Dirinya menyatakan ketidaksukaanya kepada kelompok-kelompok yang menyatakan ingin merubah Indonesia menjadi negara Islam.
"Ini lho yang saya enggak suka. Pemuda dan yang paling potensial itu di setir dan sebagainya. Saya jadi sangat prihatin," katanya.
Jika dibiarkan, menurut Sinta, gerakan radikal dan intoleran merupakan ancaman yang nyata bagi keberagaman yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dicontohkan kelompok-kelompok radikal saat ini juga secara intens masuk ke dalam lembaga -lembaga pendidikan. Karena berbalut kegiatan agama, kebanyakan pengelola kampus tidak curiga.
"Sehingga mereka bebas melakukan doktrin kepada mahasiswa sehingga hanyut ke dalam sisi gerakan radikal. Ini juga patut diwaspadai," ujarnya.
Seharusnya, untuk saat ini sudah ada kontrol yang ketat terkait isi-isi ceramah yang ada di kalangan mahasiswa.
Selain para pembimbing dan penceramah, yang harus dikontrol juga pengurus-pengurus lembaga dakwah di lembaga pendidikan.
"Pendampingan kalangan mahasiswa dan pelajar tentunya sangat penting dilakukan untuk menghadapi ajaran-ajaran radikal dan fundamentalis," ujar Sinta.
Menurut Shinta, seluruh masyarakat Indonesia merupakan saudara sebangsa dan setanah air.
Sudah sepatutnya untuk tetap mengedepankan sikap saling menghormati, menghargai dan tolong menolong.
"Kaum muslimin yang mayoritas harus bisa hidup berdampingan dengan minoritas. Semua harus saling menghormati, menghargai dan tolong menolong," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.