Pembenahan Layanan Jadi Kunci Penuhi Target Peserta JKN
BPJS Kesehatan sedang mengejar target peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang pada akhir 2017 diharapkan mencapai 201 juta peserta.
TRIBUNNEWS.COM - BPJS Kesehatan sedang mengejar target peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang pada akhir 2017 diharapkan mencapai 201 juta peserta.
Pembenahan layanan jadi kunci bila ingin mengejar target tersebut.
Demikian ditegaskan Anggota Komisi IX DPR RI Ali Mahir saat diwawancara sesaat sebelum mengikuti Rapat Paripurna DPR, Selasa (11/4/2017).
“Kalau mau meningkatkan jumlah peserta, pelayanannya harus bagus. Kualitas pelayanan harus ditambah. Kalau pelayanan ditambah, pasti minat masyarakat akan lebih banyak lagi,” ungkap Ali.
Di sini, ujar Mahir, butuh strategi sosialisasi yang baik untuk menjaring sebanyak mungkin peserta JKN.
Kesadaran masyarakat untuk mengikuti program JKN sangat dibutuhkan.
Jangan sampai terdengar lagi keluhan masyarakat yang menilai layanan BPJS di rumah sakit sangat kurang, bahkan buruk.
BPJS juga harus segera menyelesaikan tunggakan klaim yang harus dibayar ke rumah sakit, karena tunggakan ini bisa berdampak pada layanan pasien program JKN.
“Sosialisasi BPJS harus menumbuhkan kesadaran masyarakat betapa pentingnya mengikuti program JKN,” imbuh Anggota F-Nasdem tersebut.
Sementara mengomentari aksi BPJS yang memperluas jaringan pemasaran program JKN, Mahir menilai, itu sangat baik.
Semakin banyak jaringan perbankan akan semakin baik, karena memudah akses peserta.
Saat ini, BPJS sudah bekerja sama dengan BNI yang membuka mitra dengan tujuh bank nasional, diantaranya Bank Bukopin, Maybank Indonesia, dan Bank Sinarmas.
Bahkan, BPJS juga bekerja sama dengan dua perusahaan e-dagang, yaitu PT. Go-Jek Indonesia dan Mataharimall.com.
“Bagus sekali. Makin banyak bank penyedia layanan BPJS, makin mudah. BRI saja sudah sampai ke desa. Dan saya sering sampaikan, jaringan online harus selalu aktif. Orang desa mungkin tidak tahu online, tapi begitu tahu, dia langsung mengakses lewat ATM atau m-Banking. Perluas lagi jangan hanya 7 bank. Kalau bisa semua bank swasta ikut bekerja sama,” harap Mahir.
Pada bagian lain, politisi dari dapil Jateng II itu, menjawab soal besarnya klaim tagihan rumah sakit kepada BPJS bagi pasien gagal ginjal.
Tagihan untuk penyakit kronisnya bisa mencapai Rp2,6 triliun per tahun. Menurut Mahir, memang biayanya besar sekali.
“Tapi, sebetulnya ada cadangan dana BPJS untuk membayar klaim. Satu pasien bisa menghabiskan puluhan juta untuk cuci darah. Sebetulnya enggak ada masalah. Semua sudah diperhitungkan. Kan, ada subsidi silang, yang sehat membiayai yang sakit,” ungkap Mahir. (Pemberitaan DPR RI)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.