Partai Politik Disebut Masih Lemah Bangun Ideologi Kebangsaan
Akhir-akhir ini isu agama diseret ke dalam ranah politik di Pilkada DKI Jakarta. Sehingga isu itu memicu pergeseran di tengah masyarakat.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ideologi kebangsaan yang berbhineka tunggal ika di Indonesia tidak terbangun dengan optimal. Partai politik (parpol) sebagai bagian dari lembaga pendidikan politik pun lemah membangun ideologi kebangsaan tersebut.
Pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Reza Hariyadi menuturkan, akhir-akhir ini isu agama diseret ke dalam ranah politik di Pilkada DKI Jakarta. Sehingga isu itu memicu pergeseran di tengah masyarakat.
Menurut dia, agama seharusnya menjadi panduan etik, moral, semangat dan bahkan menjadi sebuah kontrol terhadap terjaganya kebhinekaan.
"Untuk menyikapinya, masyarakat harus kembali kepada bagaimana menentukan pilihan secara dewasa rasional. Kalaupun menggunakan agama, adalah dalam konteks sumber legitimasi secara individual," ujar Reza dalam diskusi bertajuk Relasi Politik dan Agama: Mencari Relevansi Prespektif Teologis dalam Politik Praktis Pilkada Putaran Kedua yang digelar Forum Intelektual Muda Nusantara, Jumat (14/4/2017).
Panasnya isu agama dibawa dalam ranah politik ini, kata Reza, karena lemahnya parpol dalam membangun ideologi kebangsaan dan demokrasi pancasila.
"Politik identitas tidak terlepas dari kelemahan partai-partai politik, terutama dalam mentransformasikan paham kebangsaan dan keagamaan yang bersifat moderat. Perubahan ini tidak ditransformasikan ke konstituen. Jangan sampai ruang publik oleh kelompok yang eksklusif fanatik dan mengutamakan politik identitas dan menjadikan agama sebagai komoditas politik," katanya.
Isu sentimen agama seharusnya jangan diseret dalam perebutan kursi nomor satu di DKI Jakarta.
Lebih lanjutnya dia menerangkan, warga Jakarta mesti menjadi contoh bagi daerah lainnya di Indonesia dalam merawat persatuan dan keberagaman.
Pasalnya upaya menyeret agama dalam politik pada Pilkada DKI Jakarta tidak lebih karena pandangan politik identitas yang dinilai mampu menyedot perhatian konstituen.
"Ketika ke ranah publik, akan lebih elok jika menekankan membedah visi dan kisi serta program masing-masing paslon," katanya.
Lebih dikatakannya, sudah menjadi tugas warga Jakarta untuk membawa kembali agama di dalam dimensi yang lebih substantif.
"Menjiwai politik agar memiliki wajah profentik, yang bisa mencerminkan nilai-nilai spritualitas dan bisa berkontribusi bagi pembangunan keumatan," katanya.