Mensos: Gaya Hidup Mahasiswa Dipengaruhi Hedonisme-Konsumerisme
saat ini hedonisme dan konsumerisme merambah dan memengaruhi gaya hidup sebagian kalangan mahasiswa.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, KENDARI - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan saat ini hedonisme dan konsumerisme merambah dan memengaruhi gaya hidup sebagian kalangan mahasiswa.
"Inilah yang membuat sebagian mahasiswa di negeri ini kurang progresif, tidak kritis, bahkan ada yang tidak memiliki orientasi jelas, tidak memiliki kepedulian sosial, dan lain sebagainya," kata Khofifah di Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (14/4/2017), seperti dikutip Antara.
Khofifah menyampaikan pemikirannya itu saat memberikan kuliah umum bertema "Urgensi Peran Perguruan Tinggi Islam dalam Menanggulangi Masalah-Masalah Sosial" di Institut Agama Islam Negeri (IAIN).
Dalam kuliahnya tersebut, Khofifah mengkritisi civitas academica yang apatis dan apolitis.
"Kebanyakan civitas academica utamanya mahasiswa mengambil jarak dengan partai politik, kurang peduli dengan kondisi kekinian bangsa, dan eksklusif," ujarnya di hadapan ratusan mahasiswa dan dosen peserta kuliah umum itu.
Padahal, kata dia, sebagai aktor penyambung yang memiliki energi besar, mahasiswa harus mampu mengagregasi kepentingan rakyat.
Khofifah mengajak mahasiswa selain menuntut ilmu dan mendapatkan prestasi akademik setinggi-tingginya juga memiliki peran yang signifikan dalam membangun bangsa.
Khofifah mengatakan mahasiswa bisa ikut membantu pemerintah, antara lain melalui program desa mandiri sejahtera.
Program ini merupakan kerja sama Kemensos dan perguruan tinggi yang diimplementasikan saat mahasiswa melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN).
Dalam program ini mahasiswa melakukan berbagai program kegiatan untuk mengatasi berbagai persoalan sosial kemasyarakatan, termasuk menyisir warga miskin di lokasi KKN.
"Dengan demikian tidak ada masyarakat miskin yang tercecer yang tidak memperoleh bantuan sosial sebagaimana amanat Nawacita," kata Khofifah.
Khofifah menambahkan desa menjadi sasaran utama karena angka kemiskinan di desa dua kali lipat lebih tinggi ketimbang di kota. Aksesibilitas terhadap layanan publik pun sangat minim.
"Persentase penduduk miskin di desa mencapai 13,96 persen, sementara di kota hanya 7,73 persen. Artinya jumlah penduduk miskin di desa dua kali lipat lebih banyak," kata dia.