Jadikan Ikatan Kebangsaan Dasar Pembangunan SDM Indonesia
Harus ada kesamaan visi dalam membangun SDM berdasarkan ikatan kebangsaan dan bukan kedaerahan.
Editor: Y Gustaman
“Mencintai negara, bangsa dan tempat bekerja berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila sebagai motivasi dasar dalam membangun kompetensi harus ditanamkan sejak dini. Dan ini bagian dalam instrinsic motivation yang selama ini tidak ada dalam dunia pendidikan. Ini yang akan membangun kualitas SDM yang berwawasan kebangsaan yang akan menghindarkan konflik horisontal SDM berdasarkan pilihan politik atau perbedaan kepercayaan,” ujar Wahyu.
Permasalahan di Freeport, sebagai contoh, menurut penulis buku “Perilaku Kewargaan Organisasional: Tinjauan Teoritis dan Empiris” ini, harusnya tidak menjadi suatu ancaman ketika ikatan kebangsaan merupakan motivasi kuat dalam bekerja.
Pemerintah dan pemilik usaha harus memulai untuk membangun kualitas SDM dengan ikatan dan wawasan kebangsaan yang kuat.
Oleh Wahyu yang dimaksud dengan pemerintah adalah tidak hanya pemerintah pusat tetapi juga pemerintah daerah. Antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus ada kesamaan visi dalam membangun SDM berdasarkan ikatan kebangsaan dan bukan kedaerahan.
Sistem ekonomi IRI diusulkan oleh AM Putut Prabantoro, Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) dan didukung penuh oleh Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat (PPAD). Konsep IRI ini oleh Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) diyakini dapat dilaksanakan dan karena sesuai dengan arahan akan segera dibawa kepada pemerintahan Joko Widodo.
Ada empat belas akademisi yang tergabung dalam tim ahli IRI. Selain Wahyu Ariani, tim ahli ekonomi IRI adalah Sari Wahyuni MSc Ph.D (Universitas Indonesia), DR Bernaulus Saragih MSc (Universitas Mulawarman), DR Agus Trihatmoko MBA, MM (Universitas Surakarta), Prof DR H Werry Darta Taifur MA (Universitas Andalas), Prof Mudrajad Kuncoro PhD (Universitas Gadjah Mada), Prof DR B Isyandi MS (Universitas Riau), Prof DR Ir Darsono MSi (Universitas Sebelas Maret), Prof DR Djoko Mursinto MEc (Universitas Airlangga), Prof Dr Tulus Tambunan (Universitas Trisakti), Prof DR Munawar Ismail DEA (Universitas Brawijaya), Dr Syamsudin (Universitas Muhammadiyah Surakarta), DR Y Sri Susilo MSi (Universitas Atma Jaya Yogyakarta) dan Winata Wira SE MEc (Universitas Maritim Raja Ali Haji, Kepri).