Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penyuap Bakamla Pernah Hubungi Ketua Banggar DPR Kahar Muzakir Soal Anggaran Drone

Fahmi mengaku tidak bertemu langsung dengan Kahar namun menyuruh tiga orang untuk meneminya.

Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Penyuap Bakamla Pernah Hubungi Ketua Banggar DPR Kahar Muzakir Soal Anggaran Drone
TRIBUNNEWS/HERUDIN
M Adami Okta dan Hardi Stefanus memberikan kesaksian pada sidang lanjutan kasus dugaan suap Badan Keamanan Laut (Bakamla) di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (3/4/2017). M Adami Okta dan Hardi Stefanus menjadi saksi dengan terdakwa Direktur Utama PT Technofo Melati Indonesia, Fahmi Darmawansyah, terkait suap pengadaan monitoring satelite di Bakamla. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Terdakwa suap Direktur PT Merial Esa Fahmi Darmawansyah mengaku pernah menghubungi politikus Partai Golkar Kahar Muzakir untuk membuka tanda bintang pada anggaran pengdaan drone di Badan Keamanan Laut.

Fahmi Darmawansyah meminta tolong Kahar Muzakir karena Kahar saat itu adalah ketua Badan Angggaran DPR RI.

Perusahaan milik Fahmi saat itu sudah menang tender, namun pengadaan dibatalkan karena anggarannya dipotong.

"Pertama saya coba ke Pak Kahar, ketua banggar. Karena itu mitranya Departemen Keuangan. Tanya ini kok ada tanda bintang minta tolong ini ada masalah apa kok udah menang tender anggarannnya dibintangi," kata Fahmi Darmawansyah saat diperiksa sebagai terdakwa di Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Rabu (3/5/2017).

Fahmi mengaku tidak bertemu langsung dengan Kahar namun menyuruh tiga orang untuk meneminya.

Ketiganya adalah Arief, Danang Sri Radityo dan Tamam. Fahmi sendiri mengaku tidak terlalu ingat jawaban dari Kahar terkait anggaran untuk pengadaan drone yang diberi tanda bintang tersebut.

"Karena beliau bakcground HMI, saya minta orang HMI juga," kata suami artis Inneke Koesherawati.

Berita Rekomendasi

Bakamla sebenarnya memiliki pengadaan monitoring satelit Rp 400 miliar dan drone.

Karena ada pemangkasan anggaran, pengadaan drone ditidakan dan anggaran untuk monitoring satelit hanya Rp 200 miliar dan digarap PT Melati Indonesia yang sudah dikuasai Fahmi Darmawansyah.

Dalam kelanjutannya, Bakamla meminta fee 7 persen dan Kepala Bakamla Laksamana Madya Arie Sudewo meminta agar 2 persen dibayar terlebih dahulu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas