Cerita Sang Anak, Sebelum Kecelakaan Maut Ciloto Suyono Tak Ingin Pulang
Jelang insiden nahas di Jalan Raya Puncak yang menelan 12 korban jiwa dan puluhan lainnya menderita luka itu, Hari mengaku tak mempunyai firasat
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Awan mendung masih menggelayuti di kediaman Suyono, pengemudi bus pariwisata yang terlibat kecelakaan maut di Jalan Raya Puncak, Kampung Ciloto, Cianjur, Minggu (30/4/2017).
Pihak keluarga berupaya merelakan kepergian ayah lima orang anak itu.
Suyono bersama istrinya, Muliya merupakan warga Kedoya Raya, Kecamatan Kebun Jeruk, Jakarta Barat.
Mereka bertempat tinggal di rumah sangat sederhana yang berada di tengah-tengah pemukiman warga.
Untuk menuju ke tempat itu hanya bisa dilalui dengan cara berjalan kaki atau naik sepeda motor.
Dia mencari nafkah sebagai seorang sopir selama puluhan tahun.
Dari penghasilan itu, dia mampu menghidupi kehidupan sehari-hari dan membesarkan kelima anaknya.
Di penghujung akhir masa hidupnya, dia masih mengantarkan penumpang dari Kebayoran Lama ke tempat wisata Puncak, Jawa Barat.
“Profesi (sopir,-red) sudah lama, tidak setahun-dua tahun. Takdir, tidak ada yang tahu. Itu sudah rahasia Allah. Keluarga sudah ikhlas,” tutur Hari, anak Suyono, kepada wartawan, Jumat (5/5/2017).
Jelang insiden nahas di Jalan Raya Puncak yang menelan 12 korban jiwa dan puluhan lainnya menderita luka itu, Hari mengaku tak mempunyai firasat akan ditinggal orang terkasih.
Bahkan, pada Minggu dinihari, dia masih bertemu dengan ayahnya di pangkalan bus dekat rumah.
Dia sempat meminta ayahnya segera pulang ke rumah. Ini atas permintaan ibunya. Namun, ketika itu, Suyono tak memilih pulang karena pada Minggu pagi ada pekerjaan untuk mengantarkan penumpang.
Hingga akhirnya, dia mengantarkan rombongan ke kawasan wisata Puncak.