Komisi I Minta TNI Usut Penyebab Ledakan Meriam Buatan China di Natuna
Kharis berharap Mabes TNI dapat segera menangani para prajurit yang terluka atas meledaknya meriam buatan China.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Komisi I DPR Abdul Kharis Almasyhari berduka atas gugurnya para prajurit TNI dalam insiden meriam. Kharis berharap Mabes TNI dapat segera menangani para prajurit yang terluka atas meledaknya meriam buatan China.
"Namun demikian, upaya Mabes TNI dalam memastikan tingkat safety peralatan tempur yang akan digunakan TNI harus dievaluasi mengingat pemeliharaan dan perawatan (harwat) terhadap alutsista selama ini memang agak terabaikan," kata Kharis melalui pesan singkat, Kamis (18/5/2017).
Kharis meminta TNI menjelaskan dan mengusut faktor penyebab meledaknya meriam apakah faktor perawat atau kondisi saat dibeli memang sebenarnya tidak layak. Apalagi wilayah Natuna memang menjadi prioritas dan strategis dalam perpektif pertahanan negara.
"Tentu alutsista dan peralatan tempur yang disiagakan harus dalam kondisi prima dan siaga tempur saat krisis terus meningkat di Laut China Selatan," kata Politikus PKS itu.
Sebelumnya, kecelakaan yang terjadi saat Gladi bersih latihan PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) di Tanjung Datuk Natuna Provinsi Kepulauan Riau, siang tadi, Rabu (17/5/2017), diduga disebabkan malfungsi dari meriam pelontar peluru kaliber 23 mm. Hal itu dikatakan oleh Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadipenad) Brigjen Arm Alfret Dennny Tuejeh.
"Laras itu kan ada pembatasnya, pembatasnya itu tidak berfungsi,mengalami kerusakan sehingga larasnya itu menjadi liar," ujar Kadispenad saat dihubungi Tribunnews.com.
Saat meriam atau kanon tipe 80 Giant Bow pelontar peluru kaliber 23mm ditembakan, pembatas laras tiba-tiba tidak berfungsi, sehingga arah tembakan berubah, dan menghajar sejumlah anggota TNI yang berada di lokasi gladi bersih. alhasil sejumlah anggota TNI dilaporkan tewas, dan sebagaian lainnya luka-luka.
"Memang di sini ada malfungsi, dia mengalami kerusakan. Tapi pastinya seperti apa, kita masih sedang dalami," ujarnya.
Berapa pastinya peluru yang dimuntahkan meriam anti serangan udara itu saat pembatas laras tiba-tiba tidak berfungsi, Kadispenad menyebut hal tersebut masih dalam penyelidikan pihaknya. Penyebab kenapa tiba-tiba meriam yang dibeli tahun 2003 lalu itu bisa rusak, juga masih dalam penyelidikan.
Dikutip dari Indomiliter.com, diketahui meriam penangkis serangan udara dengan dua laras ini diproduksi oleh Norinco, Cina. Giant Bow atau disebut juga Shengong dapat dikendalikan secara manual atau otomatis dengan integrasi sistem. Altileri tersebut merupakan jiplakan dari produk serupa asal negara lain. Type 80 merupakan jiplakan dari kanon ZU-23-2 produksi Rusia.