Kepala Bomber Kampung Melayu Terpental Hingga 15 Meter: Efek Bakar dan Getar di Ledakan
Material tersebut untuk efek penghancur dan akan terdorong kuat bak peluru dari selongsong senjata api saat TATP meledak.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bukan tanpa alasan bom panci jenis pressure cooker di Kampung Melayu, Rabu (24/5/2017) pekan lalu, membuat tubuh pelaku, Ahmad Syukri, tercerai-berai hingga kepalanya terlepas dan terpental sejauh 15 meter hingga 20 meter ke dalam halte TransJakarta.
Selain karena tekanan tinggi dari dalam panci jenis pressure cooker, rupanya pelaku menggunakan bahan peledak mematikan dengan sensitifitas tinggi, yakni triacetone triperoxide (TATP).
Bahan peledak ini dijuluki 'The Mother of Satan'.
"Serbuk TATP ini gampang dibuat, salah satu bahannya acetone, yakni dari tinner atau cairan untuk bersihkan kuku atau kutek. Kalau itu dipakai, dicampur bahan lain, sehingga menghasilkan serbuk putih," kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian saat memaparkan hasil pemeriksaan Labfor Polri terhadap temuan sisa bahan peledak pelaku bom bunuh diri di Kampung Melayu, Senin (29/5/2017).
"Dan bahan ini sangat berbahaya, karena TATP dikenal dengan ketidakstabilan atau disebut 'The Mother of Satan' atau ibunya setan-setan. Cukup dengan panas atau guncangan, dia bisa langsung meledak. Beda dengan TNT atau dinamit, yang harus diledakkan dengan detonator," jelasnya.
Bahan peledak TATP merupakan ciri khas atau signature kelompok ISIS yang sering digunakan dalam serangan bom di Irak dan Suriah, termasuk serangan di Paris beberapa waktu lalu.
Menurut Tito, dua pelaku bom bunuh diri di sekitar halte TransJakarta Terminal Kampung Melayu, Rabu (24/5/2017) malam lalu, dilakukan oleh Ichwan Nurul Salam (31) dan Ahmad Syukri (31).
Keduanya merupakan anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) wilayah (mundiriyah) Bandung Raya. Dan kelompok tersebut telah berbaiat dengan kelompok ISIS.
Ledakan pertama dilakukan oleh Ichwan dengan bom panci yang dibawanya dengan ransel di samping toilet.
Ledakan pertama terbilang kecil, karena bertujuan untuk memancing kerumunan massa, termasuk polisi. Akibat ledakan itu, beberapa polisi dan warga terluka.
Sementara pelaku mengalami kerusakan pada bagian belakang tubuhnya.
Selang 4-5 menit kemudian, pelaku kedua, Syukri, mendatangi kerumunan polisi dan warga yang melakukan evakuasi.
Lantas, dia meledakkan bom kedua dengan daya ledak lebih besar atau secondary blast, dengan bom panci yang dibawanya dengan ransel.
Di dalam bom panci jenis pressure cooker, pelaku mencampurkan bahan peledak TATP dengan material shrapnel (benda berbahan logam keras dan kecil), seperti gotri, mur, dan gunting kecil yang dilepas gagangnya.