16 WNI di Marawi Dakwah Keliling dengan Biaya Sendiri
Sebanyak 16 Warga Negara Indonesia (WNI) yang sempat berada di wilayah konflik Marawi, Filipina, sudah kembali ke tanah air, Sabtu (3/6/2017).
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 16 Warga Negara Indonesia (WNI) yang sempat berada di wilayah konflik Marawi, Filipina, sudah kembali ke tanah air, Sabtu (3/6/2017) malam.
Para WNI yang dipulangkan itu merupakan anggota Jamaah Tabliq yang berpusat di Masjid Raya Kebon Jeruk, Jalan Hayam Wuruk Nomor 83, Kelurahan Maphar, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, belasan WNI itu tiba di Terminal 2D Bandara Soekarno-Hatta pukul 22.40 WIB, Sabtu (3/6/2017).
Mereka singgah di masjid itu sebelum pulang ke kampung halaman masing-masing. 10 orang di antaranya berasal dari Bandung, Jawa Barat. Sedangkan sisanya datang dari Makassar, Sulawesi Selatan.
Untuk sementara, mereka tinggal di tempat ibadah itu bergabung dengan jamaah masjid lainnya yang datang dari berbagai penjuru daerah.
Ratusan jamaah itu beritikaf atau berdiam diri di masjid yang menjadi salah satu tempat tujuan para Jamaah Tabliq dari seluruh dunia.
Mereka menunaikan ibadah salat dan membaca kitab suci Alquran selama mengisi waktu di bulan suci Ramadan ini.
Mereka merelakan diri meninggalkan keluarga hanya untuk belajar agama Islam. Setelah itu, mereka menyebarluaskan ilmu yang diperoleh kepada orang lain.
Berbagai negara menjadi tujuan, seperti India, Tiongkok, Amerika Serikat, negara-negara di benua Eropa, dan Filipina.
Filipina merupakan salah satu tempat tujuan dari 16 WNI yang berada di Marawi.
Pengiriman jamaah ke berbagai tempat di dunia memang rutin dilakukan. Namun, mereka tidak pernah dikirim ke tempat-tempat rawan konflik.
Salah satu anggota Jamaah Tabliq, Abdurrahman, mengatakan penyebarluasan ajaran agama Islam ke berbagai penjuru dunia dilakukan atas inisiatif diri sendiri.
Mereka memenuhi undangan dari masjid-masjid tempat negara tujuan. Selama kegiatan, mereka menanggung biaya sendiri tanpa ada bantuan dari donatur.
"Saya sejak tahun 2000 ikut jamaah tabligh. Saya pernah ke India, Bangkok, dan China. Kami tidak pernah dikirim ke negara konflik kayak macam Suriah dan Afghanistan. Negara yang kami tuju tidak ada yang menolak visa kami," kata Abdurrahman, kepada wartawan ditemui di lokasi, Minggu (4/6/2017).