Harga Listrik Mahal, DPR Menduga Ada Permainan Pengusaha
Eni menilai ada banyak sumber daya alam yang bisa digunakan untuk mengisi pembangkit listrik.
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Fajar Anjungroso

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak 1 Januari 2017 tarif dasar istrik (TDL) naik untuk pelanggan 900 Volt Amper (VA). Kenaikan tersebut menuai kontroversi karena banyak masyarakat yang belum mendapatkan sosialisasi dari pemerintah.
Anggota DPR Komisi VII Eni Maulani Saragih menilai harga listrik memang sudah mahal sejak awal. Hal itu disebabkan karena penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di pembangkit listrik.
"PLN masih pakai BBM jadinya mahal," ujar Eni di gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Jumat (16/6/2017).
Eni menilai ada banyak sumber daya alam yang bisa digunakan untuk mengisi pembangkit listrik. Eni pun menduga alasan dipilih BBM sebagai komoditas utama karena ada permainan dari para pengusaha.
"Masalahnya, ada beberapa orang mungkin, karena banyak kepentingan urusan orang dengan bisnisnya," jelas Eni.
Politisi Golkar itu berharap PLN bisa segera mengubah penggunaan BBM ke gas atau batubara. Karena secara biayanya jauh lebih murah.
"Harusnya pakai gas pakai atau batubara, kenapa masih pakai BBM. Makanya harga (listrik) kita paling mahal," jelas Eni