Sulit Dapatkan Bahan Peledak di Indonesia, Teroris Kini Gunakan Segala Senjata dalam Beraksi
Ia mengatakan, teroris asal Filipina Abu Abdullah sekitar setahun lalu pernah mengimbau seruan semacam itu kepada pengikutnya.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Pengamat terorisme dari Univesitas Malikussaleh, Aceh, Al Chaidar, mengatakan, kelompok teroris sekarang menggunakan segala senjata untuk melakukan penyerangan targetnya.
Hal ini menanggapi kasus penyerangan terhadap polisi di pos jaga Markas Polda Sumatera Utara, Minggu (25/6/2017) subuh.
Dua terduga teroris menyerang polisi memakai pisau.
Al Chaidar mengatakan, teroris kemungkinan kesulitan mendapatkan bahan peledak sehingga menggunakan segala senjata untuk menyerang targetnya.
Target para teroris di Indonesia, lanjut dia, adalah aparat kepolisian. Sehingga dengan segala senjata tadi, teroris dapat terus melancarkan aksi meski tidak punya senjata api atau bahan peledak.
"Memang iya (dengan segala senjata). Artinya memang kesulitan (dapat peledak), tapi bagi mereka teror itu harus simultan, enggak boleh berhenti," kata Al Chaidar, saat dihubungi Kompas.com, Senin (26/6/2017).
Ia mengatakan, teroris asal Filipina Abu Abdullah sekitar setahun lalu pernah mengimbau seruan semacam itu kepada pengikutnya.
Agar menggunakan senjata seperti pisau dapur atau kendaraan seperti mobil dan truk, untuk menyerang targetnya.
"Ini seperti yang terjadi di luar negeri," ujar Al Chaidar.
Polisi di Indonesia, lanjut dia, masih menjadi target teroris salah satunya karena aksi balasan terhadap penangkapan rekan mereka.
Ia mengatakan, kelompok itu ingin menunjukan kekuatan mereka agar masih ditakuti.
"Tentara juga mungkin nanti jadi target karena mulai terlibat (soal) Marawi. Apalagi nanti kalau RUU Terorisme soal pelibatan tentara (diputuskan)," ujar Al Chaidar.
Al Chaidar mengatakan, kekuatan teroris ini tidak bisa dianggap remeh. Sejumlah daerah di Tanah Air, menurut dia, masih punya potensi untuk munculnya pelaku teroris.
Misalnya Medan, Samarinda, Batam, Jakarta, Bekasi, Surabaya, Semarang, termasuk wilayah Sulawesi Utara yang dekat dengan Filipina.