Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Serangan di Marawi jadi Energi Baru Kelompok Radikal di Indonesia untuk Kembali Menebar Teror

Seluruh jajaran Polri diminta mewaspadai maraknya isu ancaman dan teror yang dialamatkan ke institusinya.

Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Serangan di Marawi jadi Energi Baru Kelompok Radikal di Indonesia untuk Kembali Menebar Teror
TED ALJIBE / AFP
Tentara Filipina tengah bersiap menyerang salah stau basis kelompok militan Maute yang bersembunyi di dalam kota Marawi, Mindanao. 

LAPORAN WARTAWAN TRIBUNNEWS.COM, THERESIA FELISIANI

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seluruh jajaran Polri diminta mewaspadai maraknya isu ancaman dan teror yang dialamatkan ke institusinya.

Serangkaian aksi teror ini dimulai dari penyerangan di Polda Sumatera Utara pada Minggu (25/6/2017) 25/6/2017) penyerangan di Polres Dompu pada Rabu (28/6/2017).

Selain waspada, menurut Ketua Presidium Ind Police Watch, Neta S Pane, Polri juga harus mencermati adanya isu latihan militer yang diduga dilakukan oleh teroris di Langkat.

"Bagaimanapun ini gambaran dari kenekatan teroris pascaserangan ke Polda Sumut. IPW sangat prihatin dengan maraknya aksi ancaman ke Polri. Sepertinya kasus serangan ISIS di Marawi, Filipina seakan jadi enerji baru bagi kelompok radikal di indonesia untuk menebar teror. Apalagi kantong radikalisme di Indonesia cukup banyak," beber Neta, Kamis (29/6/2017).

Sehingga menurut Neta, operasi pembersihan dan penangkapan harus terus menerus dilakukan Polri terhadap jaringan teroris.

Tujuanya agar tidak ada celah atau peluang bagi para teroris untuk berkembang atau menciptakan konflik ala Marawi di Indonesia.

BERITA REKOMENDASI

"Apalagi saat ini sedang musim mudik, dimana banyak TKI pulang ke tanah air. Bukan mustahil momentum ini digunakan para kelompok radikal yang sudah bergabung dengan ISIS kembali ke tanah air untuk menebar teror," tutur Neta.

Termasuk tekanan yang dilakukan pemerintah Filipina pascakonflik di Marawi patut diwaspadai. Bukan mustahil akibat tekanan itu kelompok radikal tersebut mencari perlindungan ke Indonesia.

Terlebih dalam kelompok radikal yang melakukan serangan di Marawi itu terdapat cukup banyak orang Indonesia.

"Jadi penangkapan terhadap 41 terduga teroris Pascabom Kampung Melayu masih merupakan bagian kecil dari rencana global kelompok radikal yang berkolaborasi dengan ISIS untuk menebar teror di Indonesia," bebernya.

Masih menurut Neta, teror bom Kampung Melayu sendiri merupakan serangan terbesar yang memakan korban anggota Polri yang pernah terjadi di Indonesia.


Para teroris pasti akan bertepuk dada, apalagi mereka berhasil melakukan serangan ke Polda Sumut dengan hanya sebilah pisau dapur dan membunuh anggota Polri.

"Bagaimanapun fenomena ini harus dicermati. Jangan sampai kelompok terir merasa menang terhadap Polri dan kembali melakukan serangan. IPW mengapresiasi Kapolri yang terus memerintahkan anggotanya untuk terus menerus membersihkan jaringan kelompok teror di Indonesia," tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas