Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Petya Sudah Ada Sejak Tahun 2016

Menurut Rudiantara, virus komputer yang bisa membuat data korban tidak bisa mengakses data di komputernya, bukan sesuatu yang baru.

Editor: Willem Jonata
zoom-in Petya Sudah Ada Sejak Tahun 2016
Harian Warta Kota/Henry Lopulalan
Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara memberikan penjelasan mengenai antispasi dan langkah preventif terhadap serangan Malware Ransomware PETYA di Jalan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (30/6). Pemerintah meminta masyakarat untuk mengantisipasi serangan ransomware tersebut dengan rajin membackup data, menggunakan password yang aman dan diganti secara berkala serta menggunakan sistem operasi dan anti virus berlisensi asli yang diupdate secara rutin. (Warta Kota/Henry Lopulalan) 

Petya Sudah Ada Sejak Tahun 2016 Lalu

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Siapa si pembuat virus komputer bernama Petya. Virus itu kini menjangkiti berabagi negara di Eropa.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengaku belum mengetahuinya.

Namun, menurut dia, virus komputer yang bisa membuat data korban tidak bisa mengakses data di komputernya, bukan sesuatu yang baru. 

"Itu sudah ada sejak 2016 lalu, entah (virus) itu tidur, entah ada yang memodifikasi, atau sengaja, kita belum tahu. Virus itu kembali lagi muncul 2017 ini," ujarnya kepada wartawan di Bakoel Coffee, Jakarta Pusat, Jumat (30/6/2017).

Virus tersebut menyerang Master Boot Record (MBR) komputer, sehingga segalanya di dalam cakram keras penyimpan data, tidak bisa lag diakses.

Berita Rekomendasi

Korban kemudian menerima perintah, untuk mengirimkan uang 300 dollar Amerika Serikat (AS) dalam bentuk bitcoin, agar data dalam komputer bisa kembali diakses.

Di tahun 2017 ini, negara-negara yang sudah terendus terjangkit virus tersebut antara lain negara-negara di Eropa Timur, yang merupakan bekas jajahan Uni Soviet, beberapa negara di Eropa Barat, dan di India.

Saat ini di Indonesia, virus tersebut sama sekali belum terdendus. Rudiantara menduga hal itu antara lain karena banyak komputer dan jaringan internet di perkantoran yang belum diaktifkan, mengingat masa libur panjang.

Ketua Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure Coordination Center (ID-SIRTII/CC), Bisyron Wahyudi, dalam kesempatan yang sama menyebutkan bahwa komunikasi antara korban dan pelaku umumnya terputus.

Sebagai contoh, jika pelaku mengirimkan virus melalui email, alamat email tersebut biasanya sudah diblokir.

Jika pada virus wannacry si korban akan diberikan "antivirus" untuk kembali mengakses data, maka pada Petya, hal itu tidak bisa dilakukan. Akses komunikasi antara pelaku dan korban terputus.

Rudiantara menduga hal itu karena kesalahan dalam pembuatan virus.

"Jangan sampai membayar, ini analisis juga, ketika yang membayar itu tidak bisa dilakukan dekripsi juga, karena email yang digunakan untuk komunikasi, si penjahat ini, email sudah diblokir, meskipun anda sudah bayar, tapi komunikasi pakai apa," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas