Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pasca-erupsi Freatik, Kawah Sileri Mulai Normal

Menurut Sutopo, berdasarkan pemantauan, saat ini asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Pasca-erupsi Freatik, Kawah Sileri Mulai Normal
Istimewa
Anggota Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Banjarnegara membantu aparat setempat mengevakuasi korban meletupnya kawah Sileri Dieng 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Aktivitas Kawah Sileri di Komplek Gunung Dieng di Desa Kepakisan Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah saat ini tampak normal pasca erupsi freaktik yang terjadi pada Minggu (2/7/2017) kemarin.

Tidak ada peningkatan aktivitas vulkanik. Status tetap Normal (level I).

"Berdasarkan pengukuran oleh PVMBG pada Senin (3/7/2017) pukul 05.15 Wib, secara visual gunung jelas," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB‎, Sutopo Purwo Nugroho, Senin, (3/7/2017).

Menurut Sutopo, berdasarkan pemantauan, saat ini asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih.

Asap kawah tersebut intensitasnya lemah hingga tebal, dan tinggi 60 meter di atas kawah puncak.

"Kegempaan tektonik lokal jumlah 10, dengan amplitudo 3-40,1 milimeter dan durasi 3-13,62 detik. Suhu kawah 50,7 derajat celcius, pH air 6,23 dan tidak terdeteksi gas beracun CO2, H2S dan SO2," katanya.

Meskipun demikian Sutopo menambahkan, potensi erupsi freatik susulan di Kawah Sileri masih dapat terjadi.

BERITA REKOMENDASI

Namun belum dapat diprediksi kapan terjadi erupsi tersebut.

"Umumnya adanya erupsi freatik akan disusul dengan erupsi berikutnya dalam rentang waktu tertentu. Apalagi karakter Kawah Sileri memiliki sejarah erupsi freatik yang sering terjadi," paparnya.

Erupsi freatik terjadi ketika adanya air tanah, air danau kawah, atau air hujan yang menyentuh magma di dalam bumi, panas dari magma akan membuat air tersebut menjadi uap, dan ketika tekanan uap sudah sangat tinggi dan tidak bisa dibendung, maka akan terjadi letusan.

Erupsi freatik mengeluarkan material padat berupa lumpur, pasir, kerikil dan air yang terlempar akibat tekanan dari uap tadi .

Menurut Sutopo, sebelum terjadi erupsi pada Minggu siang (2/7/2017) kemarin, Kawah Sileri sudah menunjukkan adanya tanda-tanda erupsi.


Pada akhir april lalu, terjadi 1 kali semburan lumpur dengan ketinggian sekitar 10 meter. Semburan terjadi pada posisi tengah kawah dan material tidak terlempar jauh keluar dari kawah.

"Hanya sekitar 1 meter dari bibir kawah dengan ketebalan 1-2 milimeter. Kemudian pada 24 Mei pukul 09.41 Wib, terjadi pelepasan gas dan muncul asap hitam tinggi sekitar 20 meter," katanya.

Erupsi kemudian terjadi lagi pada Ahad kemarin pukul 11.54 Wib. Erupsi tersebut mengeluarkan material lumpur setinggi 150 meter dengan jarak lontaran sekitar 50 meter ke arah utara dan selatan serta 50m ke arah waterboom.

Gempa terjadi hanya pada saat letusan. Saat erupsi inilah ada 18 orang wisatawan yang berada di sekitar Kawah Sileri. Tercatat 11 orang luka-luka. Sebagian besar luka ringan.

"Untuk korban atas nama Siti Muainah (48) yang luka tangan kiri mengalami tulang retak dirujuk rawat inap di RSUD Kraton Pekalongan," katanya.

Para korban merupakan wisatawan lokal dari Desa Paninggaran Kecamatan Paninggaran Kabupaten Pekalongan. Seluruh biaya perawatan ditanggung oleh manajemen obyek wisata Dieng Kabupaten Banjarnegara.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas