Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pola Serangan Berubah, Teroris Gunakan Pisau untuk Rampas Senjata Aparat

Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menyebutkan pola serangan teror telah berubah.

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Pola Serangan Berubah, Teroris Gunakan Pisau untuk Rampas Senjata Aparat
Alex Suban/Alex Suban
Polisi berjaga di Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, saat keberangkatan Presiden ke-44 Barack Obama dari Hotel Mandarin, Jakarta Pusat, Minggu (2/6/2017). Obama mengakhiri kunjungannya di Indonesia (Warta Kota/Alex Suban) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menyebutkan pola serangan teror telah berubah.

Hal itu terlihat dari aksi teroris di Kampung Melayu menggunakan bom kemudian berubah saat beraksi di Mapolda Sumatera Utara dan Masjid Faletehan Blok M yang memakai pisau untuk menyerang polisi.

"Diubah, diubah, karena bom kan semakin sulit bahan bakunya. Walau pun ternyata ada bahan baku baru yang dari apalah yang konon dipakai di Kampung Melayu. Dan kemudian, sekarang upaya dari pihak kepolisian terus, sehingga mencari bahan itu semakin sulit," kata Hasanuddin di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (5/7/2017).

Hasanuddin mengungkapkan tujuan penggunaan pisau sangkur oleh teroris.

Dimana, pisau tersebut bagian dari merebut senjata aparat.

Bila berhasil merampas senjata api miliki aparat, kelompok teroris itu melakukan gerilya kota.

Berita Rekomendasi

Caranya, bersembunyi di wilayah perkotaan lalu berbaur dengan masyarakat di daerah urban.

"Daerah-daerah yang mungkin sulit dideteksi oleh RT/RW dan aparat intelijen. Lalu, kemudian mereka keluar bawa senjata," kata Politikus PDI Perjuangan itu.

Hasanuddin mengatakan setelah anggota teroris itu mendapatkan sejumlah senjata maka membentuk regu lalu peleton.

Kelompok teroris itu juga akan membentuk titik kumpul melalui sistem komunikasi. Kelompok itu akan terbentuk setelah memiliki 20-30 orang.

"Harus diwaspadai. Model-model taktik perperangan mereka, sudah harus diwaspadai. Sehingga, kita harapkan polisi ke manapun, harus tetap siaga. Saya sepakat dengan instruksi Kapolri," kata Hasanuddin.

Diketahui, pada 24 Mei 2017 terjadi dua ledakan bom di kawasan Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur yang mengakibatkan anggota polisi menjadi korban.

Penyerangan terhadap aparat kembali terjadi di Mapolda Sumatera Utara pada 25 Juni 2017.

Dua pelaku masuk ke dalam pos penjagaan lalu menikam anggota polisi. Aiptu Martua Sigalingging meninggal karena tikaman pisau.

Terakhir, insiden penusukan terhadap dua anggota Brimob di Masjid Faletehan, Blok M, Jakarta Selatan.

Dua anggota Brimob AKP Dede Suhatmi dan Briptu M. Syaifuk Bakhtiar menjadi korban penikaman usai Salat Isya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas