Pengamat LIPI: Itu Ciri Partai Pragmatis, Perindo Balik Arah Capreskan Jokowi
Selain itu dia katakan, tak ada partai lain yang seperti Perindo, di mana ketumnya menjadi pemilik mutlak partai.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wacana dukungan Partai Persatuan Indonesia (Perindo) kepada Joko Widodo (Jokowi) sebagai Calon Presiden (Capres) 2019 mendapat kritik dari Pengamat Politik Lembaga Ilmu Politik Indonesia (LIPI) Indria Samego.
Menurutnya, balik badannya dukungan Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) kepada Jokowi menunjukan ciri partai tanpa ideologi dan pragmatis.
"Itu ciri partai tanpa ideologi alias pragmatis," ujar Indria Samego kepada Tribunnews.com, Rabu (2/8/2017).
Apalagi menurutnya jika melihat Perindo dalam cermin jejak atau karir politik HT.
"Ngomongin Perindo identik dengan membicarakan karier politik ketumnya. Jadi, arah perjalanan partai sangat tergantung pada HT,"ujarnya.
Selain itu dia katakan, tak ada partai lain yang seperti Perindo, di mana ketumnya menjadi pemilik mutlak partai.
"Munas itu sekedar akal-akalan HT untuk tidak disebut owner dari Perindo," katanya.
Dalam catatan Tribunnews.com, sebelum membentuk Perindo, Hary Tanoe telah memulai karir Politiknya dengan bergabung di Partai NasDem.
Karir politiknya dimulai sebagai Ketua Dewan Pakar Partai NasDem pada 9 Oktober 2011. Namun Hary memutuskan mundur pada 21 Januari 2013.
Saat itu alasan Hary mundur karena memiliki perbedaan visi dan misi dengan Ketua Dewan Majelis Nasional Partai NasDem, Surya Paloh, yang kini menjabat Ketua Umum NasDem, ketika Surya Paloh mengambil alih kendali partai.
Pengusaha media itu pun kemudian bergabung dengan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Minggu (17/2/2013), Hary mengumumkannya kepada publik di kantor Dewan Pimpinan Pusat Hanura.
Tak sampai setahun masuk ke Partai Hanura, pengusaha Hary langsung dilantik sebagai Ketua Bapilu partai tersebut. Alasan pengangkatan, Hary, pengusaha media, memiliki modal politik yang besar.
Hal ini diungkapkan oleh politisi Hanura, Yuddy Chrisnandi, mantan Ketua Bappilu, saat dihubungi, Rabu (3/7/2013).
Yuddy tak menampik tudingan bahwa keberadaan Hary Tanoe sebagai Ketua Bapilu sangat diperlukan terutama dari segi modal politik yang besar.
“Kalau Pak HT diberikan amanah yang besar, siapa tahu bisa lebih all out untuk membesarkan partai. Bisa dari iklan karena Pak HT kan juga pusat aset Hanura apalagi dikabarkan dia punya kekayaan triliuan yang siap untuk jadi modal politik,” imbuh mantan politisi Partai Golkar ini.
Tak lama setelah dilantik sebagai Ketua Bapilu Partai Hanura, Hary dipilih menjadi bakal cawapres, mendampingi Ketua Umum Wiranto yang maju sebagai bakal capres. Deklarasi pasangan ini digelar pada Selasa (2/7/2013) kemarin, di Hotel Mercure, Jakarta Pusat.
Namun suara yang didapatkan Hanura di pileg tidak memungkinkan bagi pasangan itu untuk maju. Hary pun memutuskan mundur dari Hanura.
Saat pasangan capres dan cawapres sudah mengerucut menjadi dua pasang, Hary dan Wiranto mendukung pasangan yang berbeda. Hary mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Sedangkan Wiranto bersama Hanura mendukung pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK).
Usai Pemilihan Presiden (Pilpres), Hary sempat menghilang beberapa bulan dari dunia politik. Namun, pemilik Grup MNC ini sempat muncul kembali saat memperkenalkan partai barunya Partai Persatuan Indonesia (Perindo) kepada publik pertengahan tahun ini.