Blusukan Ala Bung Karno, Mulai dari Sawah Hingga Kawasan Pelacuran
Ada saja kesibukan Bung Karno selama mengungsi di Yogyakarta. Selain menghadiri sidang kabinet,juga memberikan petunjuk dan semangat kepada rakyat
Editor: Ferdinand Waskita
Dari istana Yogyakarta mereka naik mobil.
Sesampai di desa atau sawah, mobil diparkir di pinggir jalan dan ditunggu oleh Pak Arif, sopir pribadi BK.
Saat berjalan kaki masuk keluar kampung dan meninjau persawahan, BK dan Ibu Fatmawati dikawal oleh seorang Polisi Pengawal Pribadi Presiden.
Ketika sedang berjalan kaki dan melihat ada cacing merayap di tengah jalan, BK memerintahkan pengawalnya untuk memasukkan cacing itu ke sawah.
Ada anggota polisi pengawal merasa jijik memegang cacing, dengan cepat BK memegang cacing kepanasan itu dan memasukkannya ke sawah.
Ia juga bercakap-cakap dengan rakyat jelata yang dijumpainya di desa, di kampung maupun di tengah sawah, sambil duduk santai.
Rakyat yang dia ajak ngobrol kelihatan gembira sekali.
Baca: Setelah Sanjung Jokowi, Kini Anak Buah Prabowo Puji Puan Maharani
Keluar dari istana secara incognito (tidak resmi) memang sering dilakukan. Suatu hari BK berkata pada Mangil, “Mangil. Bapak ingin keluar sebentar. Bapak ingin melihat umpyeke wong golek pangan di Jakarta (Bapak ingin melihat kesibukan orang mencari nafkah di Jakarta).”
Kadang-kadang BK pergi ke pantai Layar Berkembang dan makan satai bersama putra-putrinya.
Malam hari BK pernah ke daerah Senen, daerah planet (kawasan pelacuran) tempo dulu dan mendekati gerbong kereta api yang ditempati gelandangan.
Saat bercakap-cakap dengan mereka, ada seorang perempuan yang berkata keras, “Lo, itu ‘kan suara Bapak! Itu Bapak, ya?”
Karuan saja, tempat itu langsung penuh dengan orang yang mengelilingi Bung Karno.
Tulisan ini disarikan dari buku Kesaksian tentang Bung Karno 1945 – 1967 (Grasindo, 1999) yang ditulis oleh ketika H. Mangil Martowidjojo, mantan Komandan Detasemen Kawal Pribadi beliau. (Diambil dari Majalah Intisari edisi Juli 1999)