Sejarah Stoomwals: Ikon Terbaru Kementerian PUPR
Kementerian PUPR meresmikan ikon baru mereka yaittu Stoomwals di lingkungan Kampus Kementerian PUPR.
Editor: Content Writer
Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) Ke-72, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Selasa pagi (15/8/2017), melakukan senam bersama dan dilanjutkan dengan peresmian ikon baru di lingkungan Kampus Kementerian PUPR.
Peresmian ini dilakukan oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dengan membuka selubung kain yang menutupi Prasasti Mesin Penggilas Jalan (Roadrollers atau Stoomwals).
"Mesin ini pada zamannya digunakan untuk memadatkan tanah, kerikil, beton atau aspal untuk pembangunan jalan. Sekarang ada di Kampus Kementerian PUPR dan semoga bisa menggilas segala keburukan yang berada di lingkungan sekitar kita," ungkap Basuki, di Jakarta, Selasa (15/8/2017).
Mesin berwarna hitam mirip dengan lokomotif ukuran kecil tersebut dibuat tahun 1928. Stoomwals uap pertama kali diciptakan pada tahun 1859 dan pada tahun 1900-an mulai dibuat Stoomwals bertenaga motor, serta Stoomwals bertenaga diesel pada tahun 1911.
Stoomwals yang kini menjadi bagian dari lansekap Taman Kampus PUPR pernah digunakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sumatera Selatan di Kota Palembang dan sejak 1985 disimpan di Gudang Peralatan Ditjen Bina Marga, Citeureup, Jawa Barat.
Atas inisiatif Basuki saat kunjungan kerjanya beberapa waktu lalu, alat berat tersebut kemudian dipindahkan ke Kampus Kementerian PUPR Jakarta.
Dalam pesannya, Basuki tak pernah bosan menyemangati generasi muda PUPR berani berkompetisi secara baik dan sehat demi kemajuan bangsa.
"Kementerian PUPR sangat terbuka bagi generasi muda untuk terus memperkuat diri, meningkatkan kompetensi dan berdaya saing," tegas Menteri Basuki.
Basuki berpesan agar semua pegawai Kementerian PUPR selalu berani, bersih dan memiliki jiwa seni dalam berinovasi.
Ia merasa bangga atas kinerja staf Kementerian PUPR yang telah bekerja sama demi mewujudkan pembangunan infrastruktur yang ada di Indonesia. Namun tantangan ke depan masih sangat berat, sehingga kerjasama perlu lebih dipererat lagi.
“Tidak ada satupun karya infrastruktur yang bisa dikerjakan sendiri,” tutup Menteri Basuki. (***)