Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Keponakan Bos Djarum-BCA Ini Bikin Ibunya Nangis saat Putuskan Jadi Biarawati dan Orang Miskin

Pemilik Djarum sudah mengetahui berita terkait Suster Lucy Agnes beredar. Owner Djarum telepon si tante Liu, wah dapat promosi gratis katanya

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Keponakan Bos Djarum-BCA Ini Bikin Ibunya Nangis saat Putuskan Jadi Biarawati dan Orang Miskin
kbkkindonesia.org
Suster Lucy Agnes diapit oleh jemaat yang bersimpati kepadanya. 

 Mereka bergerak di bawah payung Hartono Plantations Indonesia, salah satu bagian dari Group Djarum

 Di bidang properti, banyak proyek yang dijalankan di bawah kendali CEO Djarum ini, Robert Budi Hartono, dan yang paling besar adalah mega proyek Grand Indonesia yang ditantangani pada tahun 2004 dan selesai pada tahun 2008.

 Proyek ini mencakup hotel (renovasi dari Hotel Indonesia), pusat belanja, gedung perkantoran 57 lantai dan apartemen. Total nilai investasinya Rp 1,3 triliun.

 Pada tahun 2008, Hartono bersaudara   melebarkan investasi ke sektot perbankan. Mereka menjadi pemegang saham utama, menguasai 51% saham, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia. 

 Berdasarkan data dari Bank Indonesia akhir tahun 2011 nilai aset BCA sebesar Rp 380,927 triliun (tiga ratus delapan puluh koma sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah).

BCA yang berdiri  21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV, banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan adalah krisis moneter yang terjadi di tahun 1997. BCA didirikan Liem Sioe Liong. 

Bukti eksistensi grup Djarum adalah gedung pencakar langit di kompleks mega proyek Grand Indonesia diberi nama Menara BCA.

Berita Rekomendasi

 Robert Budi Hartono menikahi Widowati Hartono atau lebih akrab dengan nama Giok Hartono. Bersamanya Widowati Hartono, Pemilik PT Djarum ini memiliki tiga orang putra yang kesemuanya telah menyelesaikan pendidikan. Mereka adalah Victor Hartono, Martin Hartono, dan Armand Hartono.

 Di sisi lain, Robert Budi Hartono Sangat menyukai olahraga bulutangkis yang bermula dari sekadar hobi lalu mendirikan Perkumpulan Bulutangkis (PB) Djarum, tahun 1969. Dari lapangan bulutangkis di tempat melinting kretek, Robert Budi Hartono menemukan talenta anak muda berbakat asli Kudus.

 Anak muda itu di matanya, memiliki semangat juang yang tinggi, mental yang hebat dan fisik yang prima. Tak salah intuisinya, karena dalam kurun waktu yang tidak lama, anak itu mengharumkan nama bangsa di pentas dunia. Anak muda itu adalah Liem Swie King, yang terkenal dengan julukan “King Smash”.

 Hartono bersaudara meupakan pemilik Grand Indonesia dan perusahaan elektronik. Salah satu bisnis Group Djarum di sektor ini bergerak di bawah bendera Polytron yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun.

 Perusahaan Polytron ini kini juga memproduksi ponsel yang sebelumnya hanya meproduksi AC, kulkas, produk video dan audio, dan dispenser. Melalui perusahaan yang baru dibuat yakni Ventures Global Prima Digital, mereka juga membeli Kaskus, yang merupakan salah satu situs terbesar di Indonesia.  

MELAYANI ORANG MISKIN, SAKIT DAN LAPAR

 Lucy Agnes masuk biara --sekolah/kampus calon biarawati -- Misionaris Charitas atau ordo CInta Kasih, sebuah Ordo agama Katolik yang didirikan pada 7 Oktober 1950 oleh Suster Teresa.

 Bunda Teresa lahir di Albania dengan nama kecil Agnes Gonxha Bojaxhiu pada tanggal 26 Agustus 1910. Dilansir dari Wikipedia, ia lahir di Uskub, Kekaisaran Ottoman (sekarang Skopje, ibu kota Republik Makedonia.

Dia adalah anak bungsu dari sebuah keluarga di Shkodër, Albania, lahir dari pasangan Nikollë dan Drana Bojaxhiu.

 Ia meninggalkan rumah pada usia 18 tahun untuk bergabung dengan Kesusteran Loreto sebagai misionaris. Ia tidak pernah lagi melihat ibu atau saudara perempuannya.

 Agnes  awalnya pergi ke Biara Loreto di Rathfarnham, Irlandia, untuk belajar bahasa Inggris, bahasa yang digunakan  Kesusteran Loreto untuk mengajar anak-anak sekolah di India.

 Ia tiba di India  tahun 1929 dan memulai novisiatnya (pelatihan) di Darjeeling, dekat pegunungan Himalaya, tempat ia belajar bahasa Bengali dan mengajar di Sekolah Santa Teresa, sebuah sekolah yang dekat dengan biaranya.

 Ia mengambil sumpah agama pertamanya sebagai seorang biarawati pada tanggal 24 Mei 1931. Saat itu ia memilih untuk diberi nama Thérèse de Lisieux, santo pelindung para misionaris, namun karena salah satu biarawati di biara sudah memilih nama itu, Agnes memilih pengejaan Spanyol, Teresa.

 Pada masa hidupnya, Suster Teresa hidupnya menyelamatkan kaum papa dan terpinggirkan di Calcutta, India, sehingga Bunda Teresa dijuluki "santa yang hidup". 

 Teresa  mengambil sumpah sucinya pada tanggal 14 Mei 1937, saat sedang pelayanan sebagai guru di sekolah biara Loreto di Entally, sebelah timur Kalkuta. Teresa bertugas disana selama hampir dua puluh tahun dan pada tahun 1944 diangkat sebagai kepala sekolah.

 Meskipun Teresa menikmati mengajar di sekolah, ia semakin terganggu oleh kemiskinan di sekitarnya. Kelaparan di Benggala 1943 membawa penderitaan dan kematian ke kota serta kekerasan Hindu/Muslim pada Agustus 1946 membuat kota dalam keputusasaan dan ketakutan.

 Tanggal 10 September 1946, Teresa mengalami "panggilan" saat bepergian menumpang kereta api ke biara Loreto di Darjeeling dari Kalkuta untuk retret tahunannya. Saat itu juga, ia mendengar kata "saya haus". 

 Lalu ia memutuskan meninggalkan biara. "Saya meninggalkan biara dan membantu orang miskin, dan  tinggal bersama mereka. Ini adalah sebuah perintah. Kegagalan akan mematahkan iman."

 Dia memulai pekerjaan misionarisnya bersama orang miskin pada 8 Desember 1948, meninggalkan jubah tradisional Loreto dengan sari katun sederhana berwarna putih dihiasi dengan pinggiran biru.

 Bunda Teresa mengadopsi kewarganegaraan India, menghabiskan beberapa bulan di Patna untuk menerima pelatihan dasar medis di Rumah Sakit Keluarga Kudus dan kemudian memberanikan diri ke daerah kumuh.

 Ia mengawali sebuah sekolah di Motijhil (Kalkuta); kemudian ia segera membantu orang miskin dan kelaparan. Awal tahun 1949, ia bergabung dalam usahanya dengan sekelompok perempuan muda dan meletakkan dasar untuk menciptakan sebuah komunitas religius baru untuk membantu orang-orang "termiskin di antara kaum miskin".

Usahanya dengan cepat menarik perhatian para pejabat India, termasuk perdana menteri yang menyampaikan apresiasinya.

 Kongregasi Cinta Kasih yang didirikan Bunda Teresa dimulai dengan 13 orang anggota di Kalkuta  menjalankan panti asuhan, rumah bagi penderita AIDS dan pusat amal di seluruh dunia, dan merawat para pengungsi, pecandu alkohol, orang buta, cacat, tua, orang miskin dan tunawisma, korban banjir, dan wabah kelaparan.

 Pelayanan yang dimulai BUnda Teresa  terus berkembang. Pada tahun 2007, Misionaris Cinta Kasih berjumlah kurang lebih 450 bruder dan 5.000 biarawati di seluruh dunia, menjalankan 600 misi, sekolah dan tempat penampungan di 120 negara.

 Bunda Teresa meninggal 5 September 1997 (umur 87), Kalkuta, Benggala Barat, India. Setelah meninggal, Bunda Teresa dibeatifikasikan pada 19 Oktober 2003, di Basilika Santo Petrus, Kota Vatikan oleh Paus Yohanes Paulus II.

 Kemudian, Paus Fransiskus  menyatakan Bunda Teresa sebagai santa atau orang suci pada 4 September 2016. Kini Katolik menghormatinya sebagai orang suci, Santa Teresa dari Kalkuta.  (Domuara D Ambarita/*)

Sumber: Tribun Medan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas