Keluarga Debora Sebut Rumah Sakit Mitra Keluarga Sebarkan Kebohongan
Mitra Keluarga ingin menggiring opini bahwa ibu tidak mengurus anak, dan tidak menjadi ibu yang baik
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pihak keluarga melalui kuasa hukumnya menyebut Rumah Sakit Mitra Keluarga berupaya menggiring opini melalui keterangan tertulis yang disebarkan ke masyarakat.
Birgaldo Sinaga, Pengacara orang tua Tiara Debora Simanjorang menduga adanya upaya penggiringan opini melalui pernyataan pers pihak manajemen Rumah Sakit Mitra Keluarga.
"Mitra Keluarga ingin menggiring opini bahwa ibu tidak mengurus anak, dan tidak menjadi ibu yang baik," ujar Birgaldo di kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (11/9/2017).
Birgaldo mengatakan, dalam poin pertama, disebutkan oleh Rumah Sakit Mitra Keluarga, bahwa gizi dari Deborah kurang baik, dan memiliki riwayat penyakit jantung bawaan.
Pihak keluarga membantah hal itu. Sebab, pada 15 Agustus 2017, Debora pernah melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng.
"15 Agus tidak ada masalah jantung. Dokter Spesialis iskandar, tidak dikatakan kurang gizi. Rumah Sakit Mitra Keluarga, ingin menggiring opini agar publik menyalahkan ibunya, yang tidak peduli dengan bayinya," ujar Birgaldo.
Baca: Menteri PPA: Kasus-kasus Debora Tidak Terulang Lagi
Kemudian, dalam poin kedua keterangan pers itu, ucap Birgaldo, bahwa pihak keluarga keberatan dengan biaya rawat inap ruang khusus ICU, karena kondisi keuangan.
"Bagaimana mungkin keberatan. Ada penarikan Rp 7 juta. Tidak benar keluarga menolak terhadap biaya tunai. Keselamatan anak tidak bisa diukur dengan uang," ujar Birgaldo.
Birgaldo menerangkan, Rumah Sakit Mitra Keluarga telah berbohong demi kepentingan citra korporasi.
"Pernyataan pers itu, telah melukai perasaan kami keluarga dengan seenaknya menyiarkan kebohongan untuk kepentingan dirinya," ujar Birgaldo.
Birgaldo menyampaikan itu, bukan untuk menyerang dokter atau suster yang bertugas di Rumah Sakit Mitra Keluarga.
" Kami ingin perubahan dari penanganan pasien gawat darurat yang tidak punya biaya. Supaya tidak ada bayi-bayi yang mengalami nasib yang sama seperti Debora," ujar Birgaldo.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.