Cak Imin Tutup Festival Kaligrafi Tingkat Asean
Sebanyak 120 peserta dari sejumlah Pondok Pesantren di tanah air, negara ASEAN, hingga Timur Tengah turut meramaikan dan memamerkan puluhan karya
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG - Tokoh santri nasional, Abdul Muhaimin Iskandar menghadiri Penutupan Festival Kaligrafi tingkat ASEAN yang digelar perdana di Pondok Pesantren (PP) Mamba’ul Ma’arif Denanyar, Jombang hasiL kerjasama dengan Research Centre For Islamic History, Art and Culture (IRCICA), Sabtu 16 September 2017.
Sebanyak 120 peserta dari sejumlah Pondok Pesantren di tanah air, negara ASEAN, hingga Timur Tengah turut meramaikan dan memamerkan puluhan karya kaligrafi unggulan bercorak naskhi.
Dalam sambutannya, pria yang biasa disapa Cak Imin itu mengaku bangga dengan gelaran bertaraf internasional tersebut. Kendati festival yang baru kali pertama digelar di Ponpes Denanyar ini, namun Cak Imin yakin gaungnya bakal didengar di seluruh dunia.
“Saya berbahagia dan bersyukur kepada Allah atas karunia rahmat dan rahim-Nya kita bisa hadir dan menyaksikan karya besar pesantren kerjasama dengan IRCICA. Ini kebanggaan kita semua, kebanggan rakyat Indonesia yang telah menjadi tuan rumah. Meskipun dilaksanakan di Denanyar, Inyaallah gaungnya akan didengar seluruh dunia,” kata Cak Imin di lokasi acara.
Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menambahkan, seni adalah salah satu istrumen yang mampu menyatukan rasa tanpa batas, negara, suku, wilayah, termasuk agama dan golongan. Melalui seni semua bisa bertemu dalam cita dan kebahagiaan.
“Seni juga menjadi persambungan antar hati, nurani, yang kemudian menyatu dalam keindahan. Seni juga memiliki nilai pengetahuan dan kehidupan,” tegas Cak Imin.
Lebih dari itu, lanjut Cak Imin, seni juga mampu menjadi perekat sekaligus perantara Pesantren, Kiai dan Para Wali dalam menyebarkan agama Islam dengan penuh kenyamanan dan kedamaian di Nusantara. Islam bisa tumbuh dan berkembang di Nusantara karena seni-seni yang dikembangkan oleh mereka, salah satunya kaligrafi dengan ragam coraknya.
“Kaligrafi diakui juga menjadi sentuhan rasa dan keimanan. Kiai dan Ulama kita telah disatukan dalam satu kekuatan yang kokoh karena kesenian, dan kaligrafi salah satu media dan syiar yang telah dilakukan berabad-lama oleh para ulama terdahulu” pungkasnya.
Untuk diketahui, penobatan para juara dalam ferstival kaligrafi tersebut cukup unik. Secara aklamatif, dewan juri meniadakan Juara 1 karena tidak ada yang memenuhi kaidah kaligrafi naskhi yang ditentukan.
“Juara 1 ditiadakan karena tidak ada karya yang memenuhi kaidah. Juara 2 diraih Khalis Fuad dari Pati dengan nilai 85, juara 3 diraih Nanang Baitul Anwar dari Ponorogo dengan nilai 80,” kata seorang panitia saat mengumumkan gelar juara.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.