Ini Pencapaian Sektor Perhubungan Udara di 3 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK
Sedangkan Nawacita nomor 7 tertuang program: Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso mengungkapkan bahwa selama tiga tahun ini bidang telah berhasil mewujudkan dan merealisasikan berbagai program yang dicanangkan Presiden.
"Alhamdulillah dalam tiga tahun ini kita sudah terbang tinggi dan on the track. Banyak program Nawacita ke-3 dan ke-7 yang berhasil kita realisasikan dengan baik. Semua itu kami persembahkan untuk bangsa dan negara Indonesia yang kita cintai ini,” ujar Agus sesuai keterangannya, Sabtu (21/10/2017).
Dalam Nawacita nomor 3 direalisasikan kerja spartan untuk Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan RI.
Untuk Nawacita nomor 3, beberapa program yang diwujudkan adalah pengembangan Bandar Udara di wilayah pinggiran atau perbatasan Indonesia, rawan bencana dan daerah . Serta pengembangan pertumbuhan keperintisan melalui pengembangan rute perintis dan subsidi BBM keperintisan.
Baca: Empat Mata Zulkifli-Gus Solah di Perpustakaan, Sinyal Dukungan untuk Khofifah?
Sedangkan Nawacita nomor 7 tertuang program: Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dan program-program yang diwujudkan adalah Pembangunan 15 Bandar Udara baru serta revitalisasi bandara yang kurang aktif; Pembangunan “Jembatan Udara” dengan cara pembukaan Rute Bandar Udara yang terintegrasi Tol Laut.
Kemudian rehabilitasi dan Pembangunan Terminal dan Landas Pacu; Pengembangan Bandar Udara di selatan Jawa; Peningkatan Jumlah Armada Pesawat Udara; Peningkatan Jumlah Produksi Penumpang dan Kargo.
Selanjutnya, ada peningkatan Pelayanan Penerbangan melalui penggunaan teknologi terkini “Perizinan Online” dan Peningkatan On Time Performance; serta mewujudkan “Good Government” dan pemenuhan terhadap butir-butir regulasi penerbangan Internasional melalui peningkatan nilai pemenuhan Safety dalam berbagai protocol Audit ICAO USOAP dengan capaian nilai "bergengsi" jauh diatas nilai rata2 dunia Internasional serta Mempertahankan predikat “Kategori 1” oleh Federal Aviation Administration (FAA) AS.
Sebagai regulator penerbangan, Ditjen Perhubungan Udara sejak tahun 2015 telah mempermudah sistim perizinan bagi segenap operator baik itu operator maskapai penerbangan seperti Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Citilink, Batik Air, Wings Air, NAM Air dan sebagainya juga operator Airport seperti AngkasaPura 1, Angkasa Pura 2, UPBU Perhubungan Udara, maupun operator navigasi penerbangan sepertai Airnav Indonesia dengan melakukan penerbitan izin secara online.
Pada tahun 2016 perizinan online tersebut telah dipakai untuk pengurusan perizinan personel operasi pesawat udara, perizinan aviation security dan perizinan pas bandar udara dan pada tahun 2017 ini dilakukan optimalisasi proses perizinan-perizinan tersebut.
Dalam pelayanan, ada peningkatan jumlah penumpang pesawat dan kargo udara. Untuk penumpang, pada tahun 2015 jumlah penumpang domestik adalah 76,6 juta dan internasional 20,9 juta. Tahun 2016, domestik meningkat menjadi 89,2 juta dan internasional 23,3 juta, tahun 2017 ini ditargetkan jumlah penumpang domestik mencapai 94,7 juta dan internasional mencapai 12,4 juta.
Sedangkan untuk kargo udara yang diangkut pada tahun 2015 domestik adalah 451,154 ton dan internasional 69.881 ton. Tahun 2016, domestik mencapai 596.397 ton dan internasional 142.540 ton.
Pada tahun 2017 ini ditargetkan jumlahnya untuk domestik mencapai 672.434 ton dan internasional mencapai 150.847 ton.
Untuk kebandarudaraan, hingga tahun 2017 ini telah berhasil dibangun 7 bandara baru untuk melengkapi airport yang lain sehingga jumlahnya mendekati angka 300 airport diseluruh Indonesia, ketujuh airport tersebut yaitu di Anambas, Namniwel, Miangas, Morowali, Werur, Maratua dan Koroway Batu. Selain itu juga dilakukan pembangunan dan rehabilitasi landasan pacu, apron, taxiway dan terminal di beberapa bandara yang sudah ada untuk peningkatan pelayanan.
“Dengan pembangunan dan rehabilitasi kebandarudaraan ini, cakupan wilayah Indonesia yang dilayani penerbangan udara pada tahun 2017 kita targetkan mencapai 90 persen, meningkat dari tahun 2015 yang hanya 62,43 persen, hal tersebut sangat memungkinkan karena dalam musim summer ini saja telah diterbangi rute baru sebanyak 66 rute baru” ujar Agus.
Untuk itu, Ditjen Perhubungan Udara juga masih tetap memberikan anggaran bantuan (subsidi) untuk penerbangan perintis ke daerah-daerah yang membutuhkan.
“Penerbangan perintis ini gunanya untuk membuka transportasi ke daerah pinggiran terluar, terdalam dan rawan bencana yang belum maju perekonomiannya. Dengan penerbangan perintis kita harapkan daerah tersebut menjadi ramai dan maju ekonominya. Jika sudah maju dan ramai, penerbangan perintis kita jadikan komersial dan selanjutnya anggaran subsidinya kita alihkan ke tempat lain yang membutuhkan,” ujar Agus.
Pada tahun2015, kota yang terhubungkan dengan penerbangan perintis adalah 200 kota. Tahun 2016 turun menjadi 109 kota dan tahun 2017 menjadi 123 kota. Perubahan ini menandakan ada beberapa daerah yang sudah maju dan berkembang serta tidak menjadi daerah rintisan lagi.
Dalam keberhasilan mewujudkan program Nawacita ini, Agus Santoso juga memberi apresiasi kepada para operator penerbangan yang telah ikut bekerjasama, seperti misalnya maskapai penerbangan, pengelola bandara dan pengelola navigasi penerbangan.