Kerap Ubah Identitas dan Berpindah Tempat, Faktor Polisi Lambat Bekuk Teroris
Pelaku ditangkap karena diduga ikut dalam rencana pembunuhan terhadap Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi\
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polri melalui Densus 88 Anti Teror mampu membekuk sembilan teroris hanya dalam sehari, Selasa (24/10/2017) kemarin.
Namun para teroris yang berada di Sulawesi Selatan, Pekanbaru, Jawa Tengah dan Jawa Timur tersebut ditangkap dalam rentan waktu cukup lama.
Satu diantaranya adalah Bakri alias Bakri Baroncong alias Aslam alias Pak Nur, yang diringkus Densus 88 di Desa Timampu, Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur pada pukul 07.04 WITA, Selasa (24/10/2017).
Dirinya ditangkap karena diduga ikut dalam rencana pembunuhan terhadap Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo.
Rencana teror ini dilakukan sejak 2012, namun polisi baru bisa meringkus saat ini.
Baca: Polri Ungkap Cara Bekuk 9 Teroris Dalam Sehari
Analisis Kebijakan (Anjak) Madya Divisi Humas Polri, Kombes Sulistyo Pudjo Hartono, mengungkapkan bahwa para terduga teroris kerap merubah identitas. Hal ini yang membuat pihak kepolisian kesulitan dalam melacak mereka.
"Jadi bisa mereka bisa memakai nama alias. Tidak gampang kita melakukan identifikasi. Bisa si A miliki nama alias sampai tujuh," ujar Pudjo kepada wartawan di Mabes Polri, Jln Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (25/10/2017).
Selain itu para terduga teroris kerap berpindah tempat dan dapat dengan mudah berubah mata pencaharian.
"Para pelaku bisa hari ini di sini, besok disana. Mereka berpindah-pindah. Mereka tidak memiliki ambisi ekonomi," jelas Pudjo.
Pudjo mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang gencar mendeteksi pergerakan para terduga teroris.