Ini Tantangan Generasi Pemuda Z-Alfa Indonesia Menyambut se-Abad Indonesia
Acara yang bertempat di Ruang Serba Guna Masjid Raya Baitussalam Komplek Billy Moon Pondok Kelapa ini merupakan salah satu cara untuk memaknai
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pengurus Yayasan Wakaf Baitussalam mengadakan Seminar Nasional dengan tema Generasi Z-Alfa Indonesia : Karakter dan Tantangannya Menyambut Seabad Indonesia pada hari Kamis Tanggal 26 Oktober 2017.
Acara yang bertempat di Ruang Serba Guna Masjid Raya Baitussalam Komplek Billy Moon Pondok Kelapa ini merupakan salah satu cara untuk memaknai hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada hari ini, Sabtu 28 Oktober 2017.
Bertindak sebagai Keynote speaker adalah Staff Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Inovasi dan Daya Saing Bapak Ananto Kusuma Seta dan Ketua Yayasan Wakaf Baitussalam Bapak Djonny Sjafruddin.
Seminar yang dihadiri oleh Kepala Sekolah TK hingga SMA beserta Ketua Komitenya di wilayah Jakarta Timur dan wali murid TK Islam Baitussalam ini menampilkan dua pembicara utama yaitu, Imam Ratrioso sebagai Psikolog Kebangsaan dan Munif Chatib selaku Praktisi Pendidikan dengan moderator Abi Bhadra dan pembawa acara Heppy Chandra.
Dalam sambutannya selaku Ketua Yayasan, Djhonny Sjafruddin menyampaikan bahwa Masjid Raya Baitusaalam Komplek Billy Moon ini didirikan tahun 1981 dengan memberdayakan rasa kebersamaan sesama warga RW di Billymoon, termasuk dalam proses pembangunan hingga berkembang seperti sekarang ini.
"Dengan mulai makin dikenal luas oleh masyarakat, yayasan sedang berupaya turut menyumbangkan perannya dalam meningkatkan kualitas umat, tidak hanya penyediaan sarana ibadah, tapi juga penguatan pendidikan," Katanya.
Adapun Bapak Ahnanto mengutarakan bahwa tantangan menghadapi Indonesia di tahun 2045 ini adalah menyiapkan generasi dengan karakter yang kuat dengan memiliki multi kecakapan abad 21, elastis dan semangat belajar, inovatif dan berjiwa wirausaha dan berjiwa global netizen.
Dalam pemaparan materinya, Imam Ratrioso yang berbicara dari ranah kebangsaan, mengungkapkan bahwa seminar ini sangat relevan dengan kebutuhan bangsa saat ini yang belum begitu banyak dibicarakan.
Ditengah riuh rendah berita politik dan ekonomi, perhatian terhadap generasi muda yang direpresentasikan pada generasi Z dan Alfa yakni mereka yang dilahirkan sesudah tahun 1995 cukup penting, karena di tangan merekalah, nasib dan kondisi Indonesia di tahun 2045 nanti akan ditentukan.
Lebih lanjut Imam menyampaikan, bahwa Generasi Z dan Alfa Indonesia adalah anak kandung dari reformasi yang terjadi pada tahun 1998 dan buah nyata dari bonus demografi yang mulai dinikmati dan mencapai puncaknya pada tahun 2045 nanti.
Karakter kedua generasi ini sangat lekat dengan teknologi, terutama internet dan media sosial, karenanya, kreatifitas mereka sangat tinggi dan kadang sulit dipahami oleh generasi sebelumnya yaitu Generasi X dan Y.
Di sisi lain, karena dibesarkan dalam era internet yang lebih banyak mengutamakan sifat individualistis, kedua generasi ini memiliki kelemahan pada rendahnya rasa empati sosial dan daya juang.
Fasilitas yang relative mudah didapatkan, termasuk dengan sarana On-line di hampir semua proses transaksi penjualan telah turut menghambat kemampuan daya juang mereka. Oleh karena itu, orang tua dan guru yang masih menjadi pusat pendidikan dan pengasuhan mereka perlu bekerja keras agar daya juang dan empati sosial mereka tetap terjaga dengan baik.
Tentang cara pendekatan kepada generasi Alfa, Munif Chatib menyampaikan bahwa para orang tua dan guru perlu focus pada pengembangan bakat dan minat yang dimiliki oleh putra-putrinya karena gairah kerja kedua generasi ini justru akan melesat setelah bakat dan minat mereka bisa didukung dengan penuh.
Dari sisi kurikulum pendidikan, siswa idealnya benar-benar dapat diletakkan sebagai subyek pendidikan sehingga desaian pengajaran dengan semua variannya dapat diarahkan pada optmilisasi potensi, bakat dan kemampuan siswa.
Sekolah yang baik menurut Munif adalah sekolah yang menyenangkan dan membuat siswa merasa senyaman mungkin, bukan yang membuat siswa stress dan jenuh dengan kurikulum atau pelajaran yang tidak sesuai dengan karakter mereka.