Indonesia dan Myanmar Sepakat Tidak Dukung Terorisme di Rakhine State
Indonesia juga berminat untuk menyumbangkan pemikiran agar konflik bisa segera usai.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Indonesia masih berkomitmen untuk membantu permasalahan di Rakhine State, Myanmar, di mana masyarakat Rohingya terlibat konflik dengan pribumi dan pemerintah setempat.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Wiranto, menyebut pemerintah Myanmar juga masih terbuka bagi uluran tangan Indonesia.
Selain pengiriman bantuan berupa barang, Indonesia juga berminat untuk menyumbangkan pemikiran agar konflik bisa segera usai.
Wiranto kepada wartawan di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (30/10/2017), usai menerima kunjungan Duta Besar (Dubes) Myanmar untuk Indonesia Ei Ei Khin Aye, menyebut gagasan tersebut sudah disepakati bersama.
"Seperti halnya pada saat (Indonesia membantu) Filipina menghadapi pemberontakan di Marawi," ujar Wiranto.
Konflik di Marawi terjadi antara kelompok bersenjata pendukung Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), melawan pemerintah setempat.
Baca: Dari 101 Mobil Dinas, Anggota DPRD DKI Jakarta Baru Kembalikan 11 Mobil Dinas
Indonesia terlibat konflik itu, antara lain karena banyak Warga Negara Indonesia (WNI) yang diculik kelompok tersebut. Indonesia membantu antara lain dengan menggelar pertemuan antara negara-negara terkait, termsuk Malaysia, Brunei dan Singapura.
Sementara konflik di Rakhne State terjadi setelah pemerintah Myanmar tidak mengakui masyarakat Rohingya, yang sudah ratusan tahun mendiami tempat tersebut. Alhasil terjadi berbagai konflik, antara pendatang muslim dari Bangladesh itu, dengan pribumi dan pemerintah Myanmar.
Konflik tersebut menyebabkan banyak warga Rohingya menjadi korban. Selain banyak yang tewas akibat konflik tersebut, ratusan ribu lainnya mengungsi ke luar Myanmar, dan Indonesia termasuk tujuan favorit mereka.
Selain itu, konflik itu juga memicu masyarakat Myanmar membentuk Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), yang dianggap sebagai kelompok teror oleh pemerintah Myanmar.
Pemimpin-pemimpin ARSA telah mengeluarkan video propaganda, yang isinya mengundang saudara-saudara muslim mereka dari berbagai penjuru dunia, untuk hadir ke Rakhine State, membantu mereka. Masyarakat muslim Indonesia, merupakan target potensial bagi mereka untuk direkrut.
Dengan Dubes Myanmar untuk Indonesia, Wiranto mengaku sempat membahas berbagai permasalahan di Rakhine State, mulai dari pengungsian hingga perdagangan orang. Dalam pertemuan itu disepakati bahwa Indonesia bisa tetap memberikan bantuan, tanpa mencampuri urusan internal Myanmar. Selain itu juga disepakati, kedua pihak tidak akan memberikan celah terhadap kelompok teror.
"Tadi juga kita masuk dalam masuk suatu wilayah pembicaraan dimana jangan sampai masalah-masalah di Myanmar itu dimasuki oleh kepentingan-kepentingan terorisme," ujarnya.