Bangsa Ini Terbelah Sejak 2014, Din Syamsuddin Peringatkan Bahaya Perpecahan di 2018
Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban, Din Syamsuddin, menduga di tahun-tahun politik mendatang akan semakin terj
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban, Din Syamsuddin, menduga di tahun-tahun politik mendatang akan semakin terjadi pembelahan antar-kelompok.
"Saya membayangkan skenario terburuk terjadi mungkin akan ya karena ada residu bawaan dari peristiwa lama. Pembelahan dan pembelahan itu menjadi lebih dalam dan menjadi lebar," ucap Din Syamsuddin usai memimpin sidang Inter-Religious Council (IRC) Indonesia di Kantor CDCC, Kebayoran, Jakarta Selatan, Selasa (31/10/2017).
Mantan ketua PP Muhammadiyah ini pun menjelaskan secara rinci soal residu bawaan yakni perpecahan saat Pemilih Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 lalu.
Baca: Serangan New York: Siapa Sayfulloh Saipov, sopir Uber terduga pelaku itu?
Ia menduga, perpecahan itu hingga saat ini belum juga diselesaikan.
"Bangsa ini terbelah secara mendalam 2014. Bipolar ini belum sembuh betul. Berlanjut di arena DPR dan eksekutif. Itu luar biasa berbahaya," jelas Din Syamsuddin.
Lebih lanjut, paska Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tersebut, terjadi saling membentuk gap baik di DPR maupun di eksekutif.
Terlihat, kata Din, terjadinya koalisi A dan B dipihak DPR dan koalisi A dan B di pihak eksekutif.
Meski pda akhirnya, lanjut Din, kedua kubu tersebut sama-sama terlihat saling menyandera.
Baca: Wanita Ini Dimutilasi dan Jasadnya Dijadikan Boneka Pemuas Nafsu, Pelakunya Bukan Orang Sembarangan
"Ya eksekutif dikuasai oleh koalisi A dan legislatif kepimpinannya dipimpin oleh koalisi B itu, luar biasa bahayanya tapi terjadi interaksi-interaksi segala macam walaupun dalam bentuk saling tersandera," papar Din Syamsuddin.
Lalu, Din Syamsuddin mengatakan, saat kondisi tersebut belum sembuh benar, perpecahan tersebut kembali melebar karena faktor politik saat Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
"Sekarang belum sembuh betul itu, diterpa oleh faktor politik baru yakni Pilkada khususnya Pilkada ibukota. terbelah lagi tidak hanya antar orang, tapi satu agama antar satu organisasi," ucap Din Syamsuddin.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi pembelahan yang lebih dalam, Din mengajak kaum bijak dari berbagai kelompok untuk terjun dan terlibat dalam upaya pemersatuan.
Langka tepat, menurut Din, yakni berdialog yang dialogis, yang bertumpu pada ketulusan, keterbukaan, keterusan-terangan dan berorientasi mengatasi masalah.
"Ini harus segera dirajut (persatauan bangsa)," jelas Din Syamsuddin.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.