Polisi Selidiki Keterkaitan Ilham Syaputra dengan Bom Thamrin
Salah satu yang ingin didalami oleh pihak kepolisian adalah keterkaitan Ilham dengan teror bom Thamrin.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tertangkapnya WNI bernama Muhammad Ilham Syaputra dalam operasi militer Filipina terhadap dengan kelompok Maute di Marawi, Filipina, membuat Polri mencari keterkaitan dengan teror yang selama ini terjadi di tanah air.
Salah satu yang ingin didalami oleh pihak kepolisian adalah keterkaitan Ilham dengan teror bom Thamrin.
"Itu yang saya katakan tadi hubungan antara kelompok Bom Thamrin dan yang ada di Filipina Selatan ini menjadi satu. Tapi apakah suadara Ilham Syaputra ini pernah melakukannya nanti kami akan dalami lagi," ujar Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Martinus Sitompul, kepada wartawan di Mabes Polri, Jln Trunojoyo, Jakarta Selatan, Kamis (4/10/2017).
Martinus mengungkapkan bahwa ada kaitan antara bom Thamrin dengan kelompok Filipina Selatan.
"Terkait senjata pelatihan pengiman logistik pengiriman uang dan juga pertukaran informasi pertukaran pelatihan," kata Martinus.
Baca: Agus Harimurti Yudhoyono Muncul Sebagai Kandidat Cagub Jabar dalam Survei SMRC
Sebelumnya Kepala Kepolisian Provinsi Lanao del Sur, John Guyguyon, mengatakan aparat keamanan Filipina menangkap seorang pria warga negara Indonesia di wilayah konflik Marawi ketika berusaha melarikan diri melewati danau, Rabu (01/11).
WNI itu diindentifikasi berusia antara 22 hingga 23 tahun dan dilaporkan bernama Muhammad Ilham Syaputra, yang mengaku berasal dari Medan, Sumatra Utara.
"Ia adalah bagian dari pengepungan dan pertempuran awal di Piagapo," kata John Guyguyon yang wilayah kerjanya meliputi Marawi, sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Ia merujuk pada operasi militer di Piagapo yang dilancarkan April lalu terhadap kelompok militan setempat yang setia kepada ISIS, kelompok yang menyebut diri Negara Islam. Piagapo terletak sekitar 45 menit dari kota Marawi.
Menurut Guyguyon, WNI yang ditangkap di Marawi ini masuk ke Filipina tahun lalu atas undangan Isnilon Hapilon, sosok yang diyakini menjadi pemimpin ISIS untuk Asia Tenggara.
Hapilon sendiri tewas pertengahan Oktober lalu dalam pertempuran melawan pasukan pemerintah untuk merebut kembali sepenuhnya kota Marawi, yang sempat dikuasai para militan Islam.