Lucu, Jokowi Tak Sanggup Gendong Kahiyang Hingga Jualan Dawet
Pada prosesi ini Presiden Jokowi menggendong Kahiyang Ayu yang memiliki makna beban tanggungjawab orangtua akan beralih ke anak mantu.
Editor: Hendra Gunawan
Tahapan prosesi adat ini sebelumnya pernah disampaikan pemandu acara siraman dan midodareni.
Prosesi ada maknanya karena sebagai simbol doa orangtua kepada calon mempelai pengantin.
“Kemudian mencampur air siraman dari tujuh mata air yang berbeda,” ungkap Widarsi Suranto, pemandu acara siraman dan midodareni pernikahan Kahiyang Ayu dan Boby Nasution, kepada wartawan di Gedung Graha Saba Buana Solo, Rabu (1/11/2017) siang.
Untuk siraman tersebut, keluarga Presiden Jokowi mengambil air dari tujuh sumber mata air yang berbeda lokasi.
Tujuh sumber air itu berasal dari Keraton Surakarta, Masjid Agung Solo, Masjid Mangkunegaran, Masjid Laweyan, Rumah Pribadi di Sumber-Solo, Istana Negara, dan Istana Bogor.
Prosesi berikutnya adalah sungkeman dari mempelai perempuan kepada orangtua, eyang, dan sesepuh putri yang akan menyirami saat siraman.
Siraman merupakan prosesi yang dimaknai membersihkan jiwa dan raga.
Siraman juga dilakukan kepada calon mempelai pria di tempat berbeda.
Siraman calon mempelai pria diadakan di Hotel Alila Solo, tempat Bobby dan keluarganya menginap.
“Harapannya agar kedua mempelai dalam menapak hidup baru dengan hati yang bersih dan bening,” ujarnya.
Lalu dilanjutkan prosesi potong rambut mempelai perempuan dan pria.
Potongan rambut Kahiyang-Bobby lalu disatukan dan ditanam untuk membuang sukerto (sial) dan kotoran.
Prosesi ini diharapkan kedua mempelai mengaruhi hidup baru dengan penuh ibadah.
Pada malam harinya, kemudian dilanjutkan acara malam midodareni.
Malam midodareni dalam tradisi Jawa diyakini turunnya para bidadari untuk memberi restu kepada mempelai.
Pada saat itu juga ada prosesi tumuring (turunnya) kembar mayang.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.