'Dahlia' dan 'Cempaka' Jadi Sejarah, Dua Siklon Lahir dalam Sepekan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisikan (BMKG) pada Senin (27/11/2017) mengumumkan telah terbentuk siklon tropis Cempaka.
Editor: Ferdinand Waskita
Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan tekanan yang tidak merata di permukaan di wilayah Indonesia. S
elain itu, anomali suhu permukaan laut juga turut berperan.
Mulyono menjelaskan, saat ini matahari berada di bagian selatan Bumi. Belahan Bumi selata menjadi lebih hangat dibandingkan dengan belahan bumi utara.
Perbedaan ini membuat atmosfer di belahan Bumi selatan lebih cair dan lebih renggang.
Maka, tekanan udara menjadi lebih rendah.
“Kalau permukaan tekanan udaranya sama rata, aliran udara juga rata dari barat ke timur. Tapi begitu ada sistem tekanan udara yang pusatnya rendah sedikit saja, maka aliran udara itu sebagian akan masuk ke pusat tekanan rendah itu dulu sebelum lewat ke tempat lain,” kata Mulyono.
“Kalau lubangnya besar atau cukup dalam, makanya aliran udaranya itu akan masuk situ dulu, jadi bibit siklon,” tambah dia.
Sejak bulan September hingga Maret, potensi siklon tropis akan muncul di sebelah selatan ekuator.
Masa panen siklon di Indonesia terjadi pada bulan November hingga Januari.
Saat matahari berada di belahan Bumi utara, yakni antara bulan Maret hingga September, Filipina akan menjadi lahan panen siklon tropis.
“Seberapa cepat muncul lagi, kami belum tahu. Tentunya kami harus terus memonitor seberapa cepat gangguan sistem pola tekanan udara itu akan bisa jadi bibit siklon,” kata Mulyono.
Sementara itu, Deputi Klimatologi BMKG Herizal mengatakan, perubahan iklim ikut berperan menambah semakin banyaknya siklon.
El Nino dan La Nina yang sebelumnya terjadi dalam rentang waktu 7-11 tahun kini juga lebih cepat.
Herizal menjelaskan, saat suhu di permukaan laut Pasifik mendingin, yang menjadi indikator La Nina, suhu di wilayah perairan Indonesia bertambah panas.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.