Keteladanan Nabi Muhammad Harus Jadi Pegangan Dalam Memelihara Perdamaian kata Nazaruddin Umar
Guna mewujudkan perdamaian dan persatuan, masyarakat harus dapat meneladani spirit Nabi Muhammad SAW.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guna mewujudkan perdamaian dan persatuan, masyarakat harus dapat meneladani spirit Nabi Muhammad SAW.
Untuk itu momen peringatan Maulid (kelahiran) Nabi Muhammad SAW hari ini, Jumat (1/12/2017) ini diharapkan mampu membendung dan memerangi berbagai pengaruh negatif yang dapat memecah persatuan bangsa di negara ini.
"Keteladanan Nabi Muhammad ini harus kita jadikan pegangan dalam memelihara perdamaian dan kesatuan NKRI dari berbagai ancaman perpecahan, seperti ancaman paham radikal terorisme. Untuk itu peringatan Maulid Nabi hari ini harus menjadi bahan merefleksi untuk kembali menghadirkan 'Nur Muhammad' yang tentunya dapat mencerdaskan dan menguatkan umat," ungkap Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Dr. KH. Nazaruddin Umar, MA, Jumat (1/12/2017).
Pria yang pernah menjadi Wakil Menteri Agama RI ini menilai peringatan Maulid Nabi Muhammad ini sejatinya bisa mengukuhkan kesadaran umat untuk meneruskan perjuangan dengan menyebarkan dakwah Islam yang mengajarkan keimanan serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Dimana sosok Nabi Muhammad itu menurutnya adalah sosok figur globalisasi yang pertama dalam sejarah umat manusia.
“Tidak ada seorang figur yang mampu mengedit mata rantai seluruh budaya etnik, agama ataupun keyakinan selain Nabi Muhammad. Jadi Nabi Muhammad itu adalah betul-betul Rahmatan Lil Alamin. Dia merupakan tokoh pemersatu di dunia ini,” tutur pria kelahiran, Bone, 23 Juni 1959 ini.
Selain itu menurutnuya, peringatan Maulid Nabi Muhammad ini juga diharapkan untuk kembali menyadarkan seluruh umat islam bahwa Nabi Muhammad itu sebagai figur yang harus diteladani karena selama hidupnya Nabi Muhammad itu tidak pernah mengedepankan kekerasan dalam menghadapi segala macam permasalahan.
“Dimana semasa hidupnya, kekerasan tidak pernah di contohkan oleh Nabi Muhammad. Bisa dikatakan dalam menghadapi segala macam permasalahan, Nabi Muhammad lebih menekankan kepada aspek perdamaian, persaudaraan, toleransi, persamaan dan keadilan. Itu yang dilakukan Nabi pada saat itu,” ujar pria yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Agama RI ini
Selanjutnya khusus untuk di Indonesia sendiri dirinya menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat untuk dapat mengimplemetasikan arti penting dari peringatan Maulid Nabi ini dimana masyarakat juga harus dapat mengimplementasikan akhlakul kharimah atau akhlak yang baik dan sikap terpuji dari Nabi Muhammad itu sendiri
“Masyarakat Indonesia harus bisa mencontoh akhlakul kharimah Nabi Mujammad sebagai pribadi, Nabi sebagai anggota keluarga rumah tangganya sendiri, Nabi sebagai Kepala Negara, Nabi sebagai ilmuwan, Nabi sebagai seniman dan bahkan Nabi juga pernah sebagai pedagang.
Jadi Nabi Muhammad itu bisa dikatakan sebagai multi talenta,” kata pria yang juga anggota Kelompok Ahli bidang Agama di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ini menjelaskan
Lebih lanjut pria yang juga Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hudayatyllah Jakarta ini menjelaskan, ketika Nabi Muhammadd itu menampilkan multi talentanya, tentunya Nabi Muhammad tidak pernah menyinggung perasaan orang lain.
“Itu yang sangat penting. Yang sekarang ini harus bisa kita contoh dan lakukan itu bagaimana kita ini bisa maju tanpa harus menyinggung orang lain. Kalau kita maju lalu harus menginjak atau menyinggung perasaan orang lain tentunya itu bukanlah cara yang pernah dilakukan Nabi Muhammad. Ini yang harus kita sadari bersama bahwa Nabi tidak pernah menyinggung perasaan orang lain,” papar pria yang pernah mengenyam pendidikan di Universitas McGill, Kanada dan di Universitas Leiden, Belanda ini mengingatkan
Oleh sebab itu pada kesempatan ini dirinya kembali mengingatkan kepada masyarakat harus mencontoh apa yang telah diperbuat Nabi Muhammad pada saat itu itu demi menjaga perdamaian terhadap sesama umat dan juga perdamaian di dunia ini pada umumnya.
“Tentunya beliau (Nabi Muhammad) itu bisa dikatakan sebagai uswatun khasanah. Teladan segala macam. Dan semuanya itu ada di dalam diri Nabi Muhammad dan harus dijadikan contoh oleh seluruh masyarakat, tidak hanya masyarakat di Indonesia saja, tetapi seluruh masyarakat dunia untuk dapat menjaga kerukunan demi perdamaian antar sesama,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Rektor Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) ini mengakhiri.